Rabu, 12 September 2012

(Note : Sharing) -- My favorite books --



Anyeong anyeong anyeong..... :D

O owww sudah masuk pertengahan bulan september nih dan saya sama sekali belum menulis cerita maupun pengalaman gaje saya disini. Maklum, libur panjang saya sebagian besar hanya diisi dengan membaca novel yang saya borong secara diskon kekeke.

Salah 1 novel yang saya baca adalah seri terbaru J.D ROBB 'Rayuan dalam kematian', novel yang sangat tebal dan penuh daya pikir tinggi ini membuat saya membaca berulang-ulang halaman sebelumnya meskipun sudah memasuki halaman lain namun tetep aja kagak ngarti. Dan karakter 'Roarke' sukses membuat saya megap-megap, jejeritan tiap kali Roarke mulai ngegodain Eve (si istri galak yang saya rasa beruntung banged bisa dapetin Roarke) >///<

Berikut saya lampirkan covernya.



Sebenarnya hal yang membuat saya gregetan adalah peran pembunuhnya yakni seorang pemuda genius ahli kimia dan berdarah dingin, yang merayu wanita-wanita melalui komunitas pecinta puisi sastra kuno dan berkenalan dengan mereka melalui surel atau surat elektronik. Setelah bertemu, wanita-wanita itu akan dicekokinya dengan cairan narkotika bernama 'Rabbit' lewat minuman wine tanpa sepengetahuan si wanita, yang katanya jika menggunakan jenis narkotika tersebut akan menyebabkan seseorang menjadi 'liar penuh nafsu binatang' (apalah...!!), serta efek terparahnya jantung bisa saja meledak karena terlalu terpompa.

Well, cukup mengenaskan dan mengerikan. Oh ya buat remaja yang dibawah 20 tahun, tolong kalau bisa jangan baca novel ini kecuali didampingi orangtua :D

Selanjutnya saya mau membahas novel lain, yang saya rasa saya cukup jauh ketinggalan dengan novel berikut ini.

Eummm saya pengen jujur, selain novel bergenre thriller dan fantasy, saya juga sedang tergila-gila dengan novel remaja satu ini, isinya ga melulu cinta-cintaan koq, ada persahabatan, bandelnya anak sekolahan yang super kocak, konflik yang jelas, dan karakter maincastnya juga sangat menarik, bikin orang yang baca jadi mikir 'Ternyata g semua orang baik itu baik, dan g semua orang jahat itu selalu jahat'. Dijamin melting ampe kepengen balik lagi jadi anak sekolahan. :D

Sebut saja 'Jingga dan Senja' karya kak Esti Kinasih, dengan karakter utama seorang cowok yang bernama Ari, pentolan sekolah Airlangga yang badungnya kagak ketulungan, tapi dibalik kenakalannya dia siswa yang cukup pintar dan memiliki masa lalu mengenai keluarganya, terutama sang Mama yang selama ini dicari-cari paska bercerainya kedua orangtua Ari.

Sequelnya berjudul 'Jingga Dalam Eligi', namun sayang ampe sekarang buku ketiganya yang berjudul 'Jingga Untuk Matahari' masih belum terbit juga (Udah 2 taon lebih ni kak Estiiiiiiiiiiii :'( kapan terbitnyaaaaa?? Kangen kak Ariiiiiii).
 
Berikut saya lampirkan gambarnya yahhhhh....


Apa?? Saya terlalu kekanak-kanakkan??

Tapi menurut saya, cerita sebuah novel itu tidak memandang usia koq bagi siapapun yang membacanya (kecuali yang dibawah umur ya, dan sesuai genre), asal suka dan justru dapat inspirasi kenapa enggak?!.

Tengoklah kak Esti, berapa usianya, bukanlah usia yang membuatnya gentar untuk membuat sebuah cerita remaja, namun karena beliau sangat tertarik melihat konflik-konflik remaja yang terlihat sangat simple namun selalu saja dibesar-besarkan, dan kak Esti tu seolah-olah tau banged deh pola pikir anak remaja tu kayak gimana (ya iyalah kak Esti juga pernah jadi remaja kaleee) -_-"

Lagipula, kalau dilihat dari pasar sasaran nih ya, teenager tu emanglah target yang paling empuk. Empuk dari segi pola pikiran, empuk dari segi cinta-cintaan, empuk dari segi kegemaran, empuk dari segi duit tabungan alias boros buat hal-hal sekunder. Soalnya saya juga seperti itu >,<

Sebenarnya sudah banyak banged novel yang ditulis kak Esti, dari semua judul dibawah ini 'Cewek' dan 'Still' yang belum pernah saya baca, nantilah saya cari pinjaman (g modal beli) :D 


Banyak novel yang sudah saya baca, banyak pula yang saya gilai ceritanya, tapi tidak bisa semuanya saya sebutkan disini, lain kali saja dehhhh.

Harapan saya.... sedikit namun banyak berharap dan agak malu sih ungkapinnya. Suatu saat jika diberi kesempatan, saya ingin mengajukan karangan saya kepada penerbit. Tidak muluk harus bisa seperti kak Esti, tapi saya hanya ingin melihat salah satu karya saya bisa berada dijejeran buku-buku di book store. Amminn ya Allah. Jangan buat saya berpikir bahwa 'it's imposible'.

Okai dehhhh, sekian cuap-cuap tentang novel yang saya baca selama mengisi liburan panjang.

C u next story yaaaaa, papaaayyyyy, pyong...!!!!!!

Minggu, 22 Juli 2012

(Note: Sharing) - - The Last Moment - -




Home,
Sunday, 15 JuLy 2012,
08.30 am. 

Suara tangis pilu di ruangan itu semakin memekakkan gendang telinga, menghentak keras hingga ke ulu hati, ketika kain itu terbuka menampilkan wajah seorang wanita renta yang sudah tak bernyawa, akibat penyakit kanker sialan yang menggerogoti tenggorokannya selama 2 tahun terakhir ini.

Gadis berusia 20 tahun itu berdiri kaku, bibirnya terkatup rapat menahan tangisnya secara mati-matian, Sungguh Tuhan tak adil padaku, jeritnya dalam hati. Air matanya mengalir deras tanpa balutan suara isak, ia mencoba untuk tegar namun tetap gagal seperti biasa. Puluhan pasang mata menatapnya getir, siapapun yang melihatnya pasti tak kuasa untuk tidak turut menangis menyaksikan pemandangan paling dramatis saat itu.

"Aku ingin menciumnya, untuk terakhir kali."
Ujarnya pelan, nyaris tanpa suara.

Setelah mendapatkan syarat untuk tidak menangis saat mencium ibunya, ia pun menghapus airmatanya secara kasar. Perlahan ia menekuk lutut, menyangga berat tubuhnya sendiri menggantikan kedua kakinya. Ibu, tidurlah dengan damai, kita akan bertemu lagi di surga. Ia pun mendekatkan wajahnya, hatinya tercabik tanpa ampun manakala ujung hidungnya menempel selama sepersekian detik di ruas pipi tanpa daging itu, Aku akan merindukanmu, Ibu.

Tak ingin mengotori wajah suci sang Ibu dengan air matanya, ia segera menjauhkan diri. Lututnya bergetar hebat menahan sesak didada, hingga beberapa orang yang berada dalam jangkauannya dengan sigap menangkap tubuh lunglai itu. Ia nyaris pingsan, bahkan tak ada suara dalam derai air matanya yang menyesakkan.

Keranda itu mulai di angkat oleh 4 pria di masing-masing sudutnya. Gadis itu hanya terdiam kaku menatap kepergian sang Ibu untuk di antar ke tempat peristirahatan terakhir. Hanya ia yang tahu seberapa besar tingkat kesedihannya saat itu, hanya ia yang tahu rasa sesak ditinggal sang Ibu saat semua teman-temannya masih merasa bahagia mendapatkan belaian lembut dari tangan seorang Ibu, hanya ia yang tahu ketakutannya selama ini telah memuncak pada hari pemakaman itu, hanya ia yang tahu kekesalan, kemarahan, kebahagiaan, penderitaan, kesedihan yang dirasanya selama ini tak pernah berujung.

Hanya ia yang tahu, ia harus bangkit, ia tak ingin terlarut hingga terpuruk dalam kesedihan. Ini hidupnya, ia berhak bahagia, ia berhak mencapai impiannya dengan caranya sendiri, meski tanpa kehadiran sang Ibu disisinya. Hanya ia yang tau, bahkan jika tak ada orang lain yang tahu, ia yakin, ia mampu.

Selamat jalan, Ibu. Aku akan menjadi yang terbaik untukmu.



Teruntuk My Grandma, semoga Tuhan memeLukmu erat disana, dan memberikan tempat terbaik yang jauh Lebih indah.
My Aunty, Semoga diberi ketabahan dan ketegaran yang berlipat ganda, dengan maupun tanpa beLiau, kau tetapLah gadis yang kuat.

Rest in Peace, Grandma....
Saturday, 14 JuLy 2012.
16.45 pm.


Minggu, 20 Mei 2012

(Fanfic: Oneshoot) - - The Handsome DeviL - -


(Maincast: Kyuhyun, Taemin, Sehun, and the girl is Rei)


 * * *

Sesapan terakhir dari coklat panas yang kupesan, terasa lebih dingin dan lebih pahit tak seperti biasanya. Mungkin hal tersebut terpengaruh dari seraut wajah penuh intimidasi seorang pria yang ada didepanku, tatapannya membuat orang yang melihatnya lebih memilih dimarahi habis2an secara langsung, dan pria yang kumaksud bukanlah orang lain, pria itu..... pacarku sendiri.

"Jujur saja, kau juga menyukainya kan?!"
Kali ini bukan sebuah pertanyaan yang ia ajukan, melainkan tandasan kata yang mengakibatkan jantungku semakin bertalu. Aku menghela nafas untuk kesekian, lalu meletakkan cangkirku yang kosong.

"Kyuhyun-aa, berapa kali harus kubilang, aku-tidak-menyukainya, dia seumuran adikku, dan aku sudah punya kau. Kau pikir aku ini mengidap pedopilia?!"
Seruku masih mencoba santai, meski jengah dengan tudingan Kyuhyun akhir2 ini yang mulai tak masuk akal.

"Kau memang tidak mengidap, tapi kau sedang mengalami gejala. Kau pikir aku tidak tahu setiap kali kita sedang berdua dan ponselmu berdering, kau langsung buru2 merogoh isi tasmu, lalu ketika membaca pesannya kau senyam-senyum sendiri seperti orang gila, lupa bahwa ada aku disana."

"Memangnya kau tahu aku menerima pesan dari siapa?! Bisa saja itu dari Mincha atau dari adikku."
Kilahku mulai menaikkan intonasi.

"Dan kau pikir aku tidak punya Noona?! Taemin juga tidak akan sekurangkerjaan itu mau mengirim pesan2 yang tidak penting kepada Noonanya."
Serunya tajam, dan memang cenderung masuk di akal, ketahuan bohong akhirnya, mati kutu aku dibuatnya.

"Anak itu hanya curhat, tidak lebih, ia sudah menganggapku seperti Noona baginya, Taemin saja tidak keberatan kenapa kau malah uring2an?!"

"Dia menyukaimu Rei, dan kau meladeni perasaannya, kau hanya perlu menyadari bahwa kau juga mulai menyukai anak itu."

"Jadi sekarang kau tidak percaya padaku??"

"Aku percaya pada kenyataan."

"Ohya?! Dia menyukaiku saja kau marah, apalagi jika aku bilang bahwa aku juga menyukainya, kau pasti mengamuk."

"Kau ini gila atau apa?! Tentu saja aku mengamuk, kau itu pacarku."

"Ahhh, sudahlah, malas berdebat dengan orang cemburuan sepertimu, aku masih ada kuliah."
Seruku menghentikan perdebatan kami, wajahku sukses tertekuk, alis kyuhyun bertaut sempurna, tangannya terlipat didada, memandang kesal ke arahku yang buru2 merapikan buku yang kujejalkan secara asal kedalam tas.
Aku beranjak tanpa suara, tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.

"Ponselmu."
Serunya menghentikan langkahku yang mulai menjauh 3 langkah. Aku berbalik, lalu menyambarnya.

"Tidak usah menungguku, aku bisa pulang sendiri."
 Ucapku sambil lalu.

"Percaya diri sekali, minta saja jemput pacar barumu itu."
Setelah dia mengatakan hal itu, kesabaranku benar2 habis, tanpa pikir panjang aku berbalik dan melayangkan sebuah benda segi empat yang tadinya berada dalam genggamanku, kini sukses mendarat di pelipisnya.

Seluruh pasang mata yang ada dikantin itu memandang takjub, kami memang terkenal sering bertengkar, tapi kali ini yang paling frontal.

Tak peduli dengan reaksi sakitnya, aku segera mengambil langkah besar2 tanpa memedulikan ponselku yang baru saja kulempar ke arahnya. Terdengar suara mengaduh kesakitan, sedetik kemudian teriakan lantang itu mengudara.

"YAAAA!!!!!!


* * *

Aku, Kyuhyun, dan seseorang yang tengah dicemburui oleh Kyuhyun secara mati2an.

Namanya Sehun, kelas 3 SMA, teman sekelas sekaligus anggota club dance yang diketuai oleh Taemin. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya, tapi anak itu luar biasa tampan. Kecurigaan Kyuhyun memang benar bahwa aku memang (sedikit) menyukainya, tapi bukan berarti aku mengidap pedopilia maupun gejala2nya. Aku wanita normal. Dan setiap bentuk penilaian normal terhadap lawan jenis yang paling mendasar adalah bagian fisik.

Sehun itu manis sekali, imut dan tidak terlihat seperti remaja yang sebentar lagi akan melepas masa SMAnya. Dia dancer yang cekatan, meski tak selentur Taemin. Dia pintar dalam seluruh mata pelajaran, itulah mengapa Taemin sering mengajaknya datang kerumah dan menobatkannya sebagai guru privat.

Dia anak bungsu dari 2 bersaudara, wajar jika dia selalu bersikap seolah aku adalah Noonanya, ia hanya memiliki kakak laki2 yang lebih tua 3 tahun diatasnya. Ia juga kerap kali bercerita bahwa mereka selalu bertengkar, bercerita bahwa ia jauh lebih tampan daripada kakaknya dengan penuh percaya diri, selalu berkeluh kesah tak pernah bisa menandingi kepintaran kakaknya yang berotak cerdas, sedangkan ia pintar karena belajar.

Kyuhyun sampai pernah mengkritik tajam kepadaku.

"Kau seperti biro curhat, masalah kecil seperti itu saja dia tidak bisa menyelesaikannya sendiri, manja."
Ucapnya ketus setelah beberapa saat aku mengakhiri pembicaraan dengan Sehun ditelepon, namun aku hanya membalasnya dengan kekehan kecil, malas berdebat.

Tidak hanya itu, ia juga terang2an menunjukkan sikap ketidaksukaannya terhadap Sehun ketika aku mengenalkannya saat berkunjung kerumah.

Kyuhyun juga sering kali mengecek pesan2 diponselku, siapa saja yang menelpon hari itu, dan memang sengaja tidak kuhapus karena aku ingin ia tidak mencurigaiku.

Sehun sangat menyenangkan. Ditambah Taemin, aku jadi merasa memiliki 2 adik laki2. Setiap kali jalan2 bertiga, mereka menggapitku seperti bodyguard, Kyuhyun sudah kuajak, tapi tentu saja dia menolak mentah2 karena ada Sehun.

Saat sedang bertengkar dengan Kyuhyun, tidak jarang Sehun juga sering tidak sengaja menjadi tempat curhatku, seperti saat ini. Ia berkunjung kerumah karena 2 hari ponselku tak dapat dihubungi. Aku yang sedang duduk manyun menatap kosong acara TV, seketika sumringah mendapati Sehun datang dan langsung duduk disebelahku. Taemin berlalu masuk kamar untuk berganti pakaian.

Sehun tersenyum padaku, benar2 bocah laki2 berwajah damai, adikku yang selama ini ku elu2kan karena ketampanannyapun tidak dapat menandingi wajah malaikatnya, baiklah aku narsis, tapi itulah kenyataannya haha~~.

"Noona sadis sekali, kenapa Kyuhyun hyung sampai dilempar dengan ponsel??"
Komentarnya setelah ia mendesakku bercerita karena melihat wajah kesalku.

"Dia menyebalkan."
Jawabku singkat, aku memang tidak menceritakan detail permasalahannya, hanya beberapa point saja. Bagaimana mungkin aku  bercerita pada orang yang menjadi penyebab pertengkaran hebat kami 2 hari yang lalu?!

"Benarkah?? Aku yakin bukan hanya itu, kalian kan sudah cukup lama berpacaran, 3 tahun kudengar."
Ucapnya heran, ada nada curiga dalam kalimatnya, aku menggaruk kepalaku, mencoba untuk sekedar mencari kata untuk mengawali.

"Faktor jenuh mungkin."
Ungkapku tak yakin. Sehun mengangguk2 mengerti, aku yakin ia tahu maksudku mengatakan 'jenuh', namun ada senyum samar yang sedikit kutangkap melalui sudut mata.

Taemin muncul dan mengatakan bahwa ia sangat lapar, eomma masih lama pulang dari kantor, dan aku sedang malas memasak. Akhirnya kami memutuskan untuk makan diluar, direstoran siap saji.

"Kenapa parkir diluar penuh sekali??"
Keluh Taemin setelah berputar2 mencari area parkir yang penuh total. Aku ikut celingukan dikursi belakang.

"Noona, kau dan Sehun masuklah dulu, aku parkir dibasement dalam saja."

"Baiklah."
Setelah menurunkan kami tepat dihalaman depan restoran, Sehun berjalan disampingku dengan wajah sumringah.

"Kau riang sekali."
Seruku tidak tahan untuk tidak berkomentar.

"Bukankah aku memang selalu riang?!"

"Tidak, maksudku tidak seriang ini."
Namun Sehun hanya tertawa kecil, matanya melengkung ketika ia tersenyum. Ya Tuhan, anak ini...........


* * *

"Taemin-aa, apa Sehun sudah punya pacar?? Apa ia bandel disekolah?? Apa banyak gadis yang menyukainya??"
Taemin menatapku heran, mendongakkan kepalanya dari buku otomotif yang tengah dibacanya, bingung dengan rentetan pertanyaan yang kuajukan malam ini.

"Noona, apa kau baik2 saja??"
Hanya itu jawaban yang kudapatkan dari Taemin, ah bukan jawaban, melainkan justru pertanyaan balik dengan nada penuh rasa curiga.

"Aku hanya ingin tau, kau hanya tinggal memberitahuku."

"Kau ini lebih tua 4 tahun diatasnya, dan kau sudah punya Kyuhyun hyung."

"Jawab saja!!"
Seruku kesal karena ia menyebut2 nama Kyuhyun. Taemin memutar bola matanya, sambil bicara ia melanjutkan kegiatannya.

"Dia masih single, dia murid baik disekolah, dan noona tahu sendiri ia memiliki bekal wajah dan reputasi yang sangat baik disekolah, jadi banyak gadis yang mengejarnya. Puas?!"

"Sangat. Gomawo adikku."
Ucapku riang, mendaratkan kecupan sayang dipipinya, lalu berlalu pergi meninggalkan kamarnya.

"Noona."
Panggilnya ketika aku sampai dipintu kamar.

"Jangan main2 dengannya, aku diam bukan aku tak peduli, ataupun melarangmu bergaul dengan anak seumuranku, tapi aku ingin noona yang berpikir mana yang terbaik."

* * *

Hari ke kelima tanpa Kyuhyun. Aku mulai terbiasa karena ada Sehun, aku merasa bahwa aku seperti kembali menjadi seorang remaja ketika berada didekatnya. Kyuhyun bahkan jarang sekali membuatku tertawa, sedangkan Sehun membuatku merasa begitu muda.

Kyuhyun juga tak pintar membuat agyeo, coba tengok cara Sehun menunjukkan aksi buing2nya, lucu, dan menggemaskan.

Ahhh...Sehun. Tampan sekali.


* * *

Seminggu tanpa Kyuhyun, dan Sehun mulai menunjukkan tanda2 yang kurang menyenangkan. Hal ini membuatku teringat akan kalimat Taemin beberapa waktu lalu.

Sabtu sore. Disini. Diruang tamu. Ketika Sehun datang untuk belajar seperti biasa, dan Taemin terlambat pulang karena sedang ada perlu dirumah temannya. Setelah lama mengobrol, Sehun bertanya. Dengan muka polos disertai wajah malaikatnya.

"Noona, sejauh mana hubunganmu dengan Kyuhyun hyung??"
Pertanyaannya membuat wajahku seketika memerah. Meski malu, aku tetap menatap balik matanya, merasa bahwa tak perlu ada kecanggungan dengan namja seumuran adikku.

"Wei??"

"Ani, apa kalian pernah berciuman?? Apa ia seorang good kisser??"
Tanyanya polos, sedikit menggebu, persis anak kecil, namun aku tak suka, pertanyaannya terlalu intim.

Seakan ada alarm yang berbunyi dikepalaku untuk berhati2 terhadap anak ini, akupun menyusun strategi, berusaha memancing si pemancing, juga berusaha untuk tidak tertipu dengan wajah malaikatnya, biar bagaimanapun aku juga memiliki adik laki2.

Sedetik alisku berkerut curiga, namun aku berupaya mengendalikan diri, mengajukan pertanyaan serupa hanya untuk mengetahui sejauh mana ia akan membicarakan topik ini.

"Kau sendiri bagaimana?? Apa kau sudah pernah mencium seorang gadis??"
Tanyaku balik, mencoba berbicara layaknya seorang kakak yang tengah mendengarkan keluhan seorang adik laki2 mengenai bagaimana rasanya sebuah ciuman.

Sehun menggeleng, persis sesuai dugaanku, matanya kemudian menatapku teduh. Ia berbohong dengan pengakuannya, karena seseorang takkan berani bertanya mengenai istilah 'a good kisser' jika belum pernah berciuman.

"Belum, tapi aku ingin mencobanya...."

"Silahkan, kau sudah dewasa."
Ucapku bijak. Sehun semakin intens menatapku, bahkan matanya terpaku dibibirku, detik berikutnya aku tahu apa isi otaknya.

"Tapi aku ingin melakukannya denganmu sebagai yang pertama."

"Jangan harap!!"
Satu suara muncul didaun pintu yang terbuka. Taemin berdiri disana, tangannya bersedekap, memandang tajam ke arah kami

"Ayolah Sehun-aa, sudah cukup menggoda Noonaku, dia sudah punya namjachingu, kalau kau memang menyukai gadis yang lebih tua, bukan berarti kau boleh seperti itu kepadanya, kau sama sekali tidak menghormatiku."
Taemin berbicara tegas seraya menghampiri kami, ia berdiri tepat disofa tempatku duduk.

Apa katanya?? Menyukai gadis yang lebih tua?? Apakah itu semacam kelainan?? Jika sebaliknya wanita dewasa menyukai pria yang jauh lebih muda, itu berarti aku benar2 terkena syndrom pedopilia. Ya Tuhan......

"Pulanglah."
Pinta Taemin, sedikit menyentakkan lamunanku, Sehun masih terdiam sedaritadi, kupikir ia tengah menahan malu karena berhasil kepergok.
"Jika aku membutuhkan bantuanmu untuk belajar, aku yang akan datang ke apartemenmu."
Serunya pelan. Beberapa menit berlalu, kami terdiam cukup lama, dan Sehun pun yang menjadi pemecah kesunyian.

"Noona. mianhae."
Ucapnya penuh penyesalan, aku tersenyum ramah kearahnya dan mengatakan tidak apa2.

"Tapi kau harus percaya, bahwa aku memang sungguh2 menyukaimu Noona, kau percaya kan?!"
Aku terkekeh mendengar pernyataan paling lucu yang pernah ia lontarkan, sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia adalah murid yang sangat pintar.

"Ne, aku percaya, sekarang pulanglah."
Ucapku sembari mengacak rambutnya. Seketika aku menyadari, bahwa rasa sukaku selama ini hanya berdasarkan sistem kinerja otak wanita normal yang menyukai pria berwajah tampan, namun ada yang lebih mendasar dari semua ini, tak lain rasa sayangku timbul karena ia sudah seperti seorang adik bagiku.

Mendadak rasa rindu terhadap pria yang kuabaikan hampir seminggu ini muncul, dadaku terasa sesak begitu saja. Kyuhyun.....


* * *

Aku baru menyadari, kehadiran Sehun benar2 mempengaruhi kehidupanku, bahkan aku sama sekali tak ingat bahwa aku hidup tanpa ponsel selama seminggu ini, benar2 rekor.

Mincha sampai kesal karena aku sulit sekali dihubungi, ia mendatangiku langsung kerumah di minggu pagi. Ia juga mencecarku atas kejadian dikantin minggu lalu. Kudengar selama seminggu pula Kyuhyun tidak berangkat kuliah.

Aku dan Kyuhyun berbeda fakultas, namun Jinki, pacar Mincha sejurusan dengan Kyuhyun. Dan berita yang paling mengejutkan hingga aku nyaris limbung adalah Kyuhyun masuk rumah sakit.

Buru2 kusambar gagang telepon diruang tengah, lalu menekan tombol angka yang sudah sangat kuhafal diluar kepala.

"Yeobsseo??"
Hatiku mencelos, suara wanita yang mengangkatnya, tapi aku kenal dengan baik suara ini, Ahra onnie.

"Onnieya, ini Rei, Kyuhyun....."

"REI!!!! Ya Tuhan, kau ini kemana saja, Kyuhyun sudah 3 hari sekarat dirumah sakit, dan ponselmu sama sekali tidak bisa dihubungi, mana rasa tanggungjawabmu terhadap namjachingumu hah?!"
Ahra onnie berteriak keras, dan aku menyesal telah membuatnya berteriak sekeras itu. Setelah emosinya mereda, ia meminta maaf dan langsung memberitahu alamat rumahsakit.

Tanpa pikir panjang, dengan ditemani Mincha, aku buru2 menuju rumahsakit. Selama perjalanan, banyak spekulasi yang bermunculan di otakku, mengingat betapa kerasnya aku melemparkan ponselku hingga mengenai pelipisnya.

Ya Tuhan....apa ia mengalami gegar otak?? Kenapa tadi tidak sekalian kutanyakan pada Ahra onnie penyebab ia masuk rumahsakit, pabo!!!


* * *

Dan disanalah ia, pria berkulit pucat itu berada di atas ranjang, dan ia tampak sangat.........baik2 saja.

Antara lega, kesal, dan khawatir timbul menjadi satu. Wajahnya memang tampak baik2 saja ketika Ahra onnie menyuapinya apel dan meminumkannya jus jeruk, ditambah kehadiran Jinki yang sedang berceloteh hingga kehadiranku menghentikan celotehannya.

Aku berdiri diambang pintu, melihat hiasan putih yang merekat di pelipis kanannya, lalu tangan yang diperban hingga siku. Pertanyaanku hanya 1, apakah ia baru saja mengalami kecelakaan??

Kyuhyun memalingkan muka, dan itu membuat hatiku mencelos, sesak luar biasa karena ia bahkan masih sangat marah kepadaku.

Ahra onnie tersenyum menghampiriku, ia bukan tipe orang yang suka berlama2 memendam amarah, tidak seperti adiknya. Itulah yang membuatku lega karena ia selalu menjadi penengah ketika aku dan Kyuhyun bertengkar. Didorongnya tubuhku berdiri tepat disisi ranjang, Ahra onnie segera keluar dari sana, Jinki mengikuti dan langsung merangkul Mincha yang masih berdiri di ambang pintu.

Aku menarik nafas, mencoba mengatur nafasku yang tercekat ditengah aura setan yang menguar tajam diruangan ini.

"Kau....kenapa??"
Tanyaku takut2. Kyuhyun mengabaikanku, ia justru meraih PSP hitamnya yang tergeletak di samping bantalnya.

"Mianhae."
Ucapku penuh penyesalan, menunduk dalam2, membiarkan ia menikmati permainannya tanpa menghiraukanku.

"Aku salah, aku memang menyukainya, tapi hanya sebatas rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Dan aku sama sekali tak menghubungimu karena...karena kau tahu, ponselku....Kyuhyun-aa apapun itu, kumohon maafkan aku....mianhae."
Aku tak dapat lagi membendung airmataku, isakku pada akhirnya pecah, dan membuatnya mau bersuara, namun itu bukanlah suara biasa, melainkan sebuah tawa. Dia menertawakanku, sial!!!!

"Ya!!! Kenapa kau tertawa, aku kan sedang minta maaf.".
Seruku gusar, antara malu dan kesal, dan mau tak mau aku mencubit keras perutnya.

"Mian, mian, kemarilah."
Ia menarikku untuk duduk ditepi ranjangnya, tangannya membenamkan wajahku didadanya. Ia masih setengah tertawa.

"Aku sudah tahu semua, dari Taemin, selama seminggu ini aku memantaumu melalui dirinya."

"Jadi kau.......juga sudah tahu kalau dia memiliki kelainan itu?!"
Kyuhyun mengangguk, menatapku geli dan langsung tertawa lebar.

"Hahaha ada2 saja."

"Ihhhh"
Protesku ngambek, namun mataku langsung tertumbuk pada sepetak perban yang menutupi pelipis kanannya.

"Ini...."

"Gara2 kau. Tahu tidak aku mengalami benjolan parah setelah kau lempar ponselmu secara brutal?!"

"Jinja??"
Tanyaku tak percaya, mendekatkan diri untuk menyentuh lukanya yang diperban, membukanya perlahan setelah terlebih dulu mendapat persetujuannya. Dan memang benar, segores luka kecil yang menganga lebar dengan hiasan warna kemerahan disetiap sisinya, membuatku semakin serba salah, berulang kali pula aku mengucapkan maaf kepadanya.

"Lalu, kenapa tanganmu??"

"Pneumothorax-ku kambuh, tepat saat aku menaiki tangga, lalu aku jatuh, untung hanya tanganku yang terkilir."
Aku memandangi perban ditangannya, menyentuhnya pelan.


"Sakit??"
Tanyaku cemas, Kyuhyun menggeleng, lalu tersenyum.

"Kau naik motor lagi ya, makanya kambuh??"
Tanyaku lagi curiga, Kyuhyun memang tidak boleh terlalu banyak terkena angin dan tidak boleh terlalu capek. Terakhir kali kambuh setelah ia memaksakan diri untuk mengikuti pelajaran olahraga lari saat di SMA dulu dan menaiki motornya saat ia mengejar waktu ujian yang hampir dimulai.

"Untuk apa?? Mana mobilmu??"

"Mobilku sedang dipakai noona, dan aku pergi untuk ini."
Kyuhyun kembali merogoh bawah bantalnya dan mengeluarkan sebuah benda yang tak asing dari sana. Ponsel.

"Aku tak menemukan model yang sama, jadi aku belikan yang lain."

"Kau....aku yang salah kenapa kau harus begini?!"

"Aku tahu ponselmu kau beli dengan uang tabunganmu, jadi aku juga memakai uang tabunganku, dan jangan pernah mengatakan tidak enak, ataupun akan mengganti uangku."
Serunya tajam, namun aku hanya meliriknya sinis, sejurus kemudian aku tertawa dan menghambur memeluk bahunya.

"Gomawo, kau tahu sekali aku sedang miskin hehehe."

"Iya2, sekarang lepaskan, kau membuatku sesak nafas."

"Tidak mau."
Seruku semakin mengeratkan pelukanku, namun perlahan aku pun melepaskannya, tapi aku justru terperangkap, karena tangan kanan Kyuhyun yang bebas segera meraih kepalaku dan mendorongnya kedepan.

Bibir kami bersentuhan, bahkan kurasakan sedikit suara gigi kami yang saling bertubrukan, kami meluapkan segala rasa rindu melalui ciuman ini.

Setelah benar2 membutuhkan oksigen, perlahan kami saling melepaskan diri, aku yakin wajahku sudah semerah tomat. Kyuhyun tertawa melihat rona diwajahku, lalu dengan gemas ia mengacak2 rambutku.

"Saling percaya, saling terbuka, saling memberi dukungan dan saling mencintai, arsseo??"
Ucapnya tegas, dan mendapat anggukan mantap dariku.

Mungkin dalam hal ini, aku harus sedikit berterimakasih kepada Sehun, biar bagaimanapun ia secara tidak langsung membuatku sadar bahwa aku masih sangat membutuhkan dan mencintai pria ini.



THE END



Saya g tauk ini FF tema ceritanya apaan, aLurnya juga secepat Laju kereta api eksekutif hehe
Yang jeLas saya sedang jatuh cinta sama Sehun XD

Minggu, 01 April 2012

(Note: Sharing Gaje) -- New Month: Magnae's ever --



New Month, 01 ApriL 2012


Saya tak suka jika pada bulan baru saya tak mencari atau memiliki hal yang baru, namun saya lebih tak suka jika hal baru itu justru diluar keinginan saya.
Parahnya hal ini bersangkutan dengan anak2 baru, kenapa saya tak suka??
Karena sungguh, saya merasa sangat galau and back to be Ababil rasanya.

Bagaimana tidak?? Saya sudah cukup mengkhianati si magnae, dek Taemin dengan menyukai Hyungnya si EviL.
Kini saya justru kepincut sama anak bau kencur yang bahkan belum debut dan baru beberapa fact profile saja yang terungkap.
Meski baru akhir bulan kemarin mereka melakukan Showcase.

Lagi2 saya berjodoh dengan seorang magnae (Bungsu).


EXO, EXO-K, EXOTIC
The grup name, The sub unit name, The fansclub name.
Saya memang tidak begitu tertarik dengan EXO-M, bukan berarti saya benci, namun hanya lebih dari segi bahasanya yang kurang enak didengar. 

Saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak tergoda dengan menyatakan diri sebagai fans noona, terlebih sebagai seorang EXOTIC.
Sudah cukup saya bergabung dengan 2 fansclub sekaligus, tapi ternyata untuk tidak bergabung dengan 1 fansclub lagi dengan godaan seberat ini rasanya sulit. T_T

Mungkin saya adalah seorang fans noona untuk Taemin dan bocah baru ini, namun setidaknya tidak bagi si Evil, dia jauh lebih tua dari saya, dia seorang oppa bagi saya (sedikit bisa bernafas Lega).


EXO, EXO-K, EXOTIC
The grup name, The sub unit name, The fansclub name.

Apalah daya, wajah rupawan salah satu membernya berhasil menghipnotis lantaran MV History yang tak ada niatan untuk saya unduh waktu itu,
yang pada akhirnya kembali membuat mata ini mendadak menajam.
(Lagi2 melibatkan unsur ketidaksengajaan, ngek ngok).


Check this out picture


  
Picture by History MV

Bukan Kai, maupun Luhan, bukan pula Kris yang telah menyedot puluhan ribu fans dalam waktu singkat sejak masa peluncuran Teaser,
juga bukan sederetan nama2 lain yang belum saya ketahui.


Saya hanya fokus pada 1 sosok saja yang beruntungnya langsung saya ketahui namanya ketika melihat foto ini.

 Picture by 'High Cut' magazine

dan ini,


Picture by 'High Cut' magazine

  juga ini,


 
 Picture by 'High Cut' magazine

Tipikal cewek Capricorn itu setia, dia hanya menyukai satu orang saja, dia hanya fokus pada satu sosok dimanapun sosok itu berada, fanatik, obsesi, ambisius.

Hahaha

Namun saya tidak seperti itu terhadap idola, meski dalam tiap grup yang berbeda saya hanya menyukai 1 bias saja, tapi saya tahu betul batas normal menjadi seorang fans.
Saya sangat mampu mengendalikan diri dengan sangat baik.

Let me tell his full profile:

Sehun, is the nick name. Oh Sehun is his fuLL name. Born on ApriL 14, 1994.
Magnae of EXO-K. Lead Dancer.
Memiliki gerakan dance yang sangat 'cekatan'.

Welcome to my world Sehun, be a nice brother with your two Hyung's.
Be good to your Noona ^^
C u for the new FF project, the next turn of u.
Soon ^^






Senin, 12 Maret 2012

(Fanfic: Oneshoot) - - Revenge of The Past - -

(Maincast: Cho Kyuhyun, and Rei)




* * *
"Kau sedang menulis apa Rei??"
Seorang laki2 mengalihkan kesibukannya membaca buku, ia melihat gadis yang tengah serius berkutat dengan laptopnya. Jemari lentiknya lihai menekan tombol keyboard dengan tepat sesuai huruf yang disusun.

"Masa lalu."
Jawab Rei.

"Masa lalu??"
Laki2 itu tampak keheranan, sertamerta menyingkirkan bukunya, tertarik dengan penjelasan yang akan diberikan gadis itu, ia lalu duduk dikarpet, punggungnya menyandar sofa, mengintip sebaris tulisan yang hampir mencapai 1 halaman microsoft word.

"Ya, masa lalu. Kau tak pernah tahu bukan?! Aku akan menceritakannya padamu."
Rei menegakkan badannya, menoleh pada laki2 yang tengah menunggu dirinya bercerita, sembari menulis ia memulai kisahnya.

"Sewaktu kecil teman2 kerap kali menghinaku, pendiam yang tak bisa apa2, tak pernah berbaur dengan teman2 sekelas, baru menjawab pertanyaan dengan benar sudah dianggap merasa paling pintar,"
Rei berhenti sejenak dari kegiatannya, membaca ulang apa yang baru saja ditulisnya, kemudian ia melanjutkan.

"Kau tahu bagaimana rasanya terintimidasi, selalu dijadikan korban keisengan, mereka bahkan tak segan melempar penghapus saat aku menulis didepan, menaruh paku payung dibangkuku, menggantung seragamku usai pelajaran olahraga, mencorat-coret bukuku dengan kata2 kotor, menjambak ikatan rambutku dan....."
Ia menarik nafas, konsentrasinya terbagi, Rei sedikit melamun.

"Hal itu terjadi selama 6 tahun, pada masa aku menjadi murid sekolah dasar. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya?! Apa itu bisa disebut sebagai kewajaran atas kenakalan bocah dibawah usia 12 tahun??"
Rei mendesis, pikirannya kembali ke masa 10 tahun lalu, memikirkannya saja sudah membuatnya menutup mata rapat2, benci untuk mengingat.

"Lalu apa yang kau lakukan saat mereka mengerjaimu??"
Laki2 itu bertanya, menyimak dengan seksama.

"Diam."

"Kenapa tak melawan, kau tak melapor pada guru??"

"Memangnya aku harus bagaimana, tak ada yang membelaku, guru juga tak peduli."
Laki2 itu memandang tak percaya.

"Tapi setidaknya kau melawan, tidak hanya diam saja, pasrah menunggu mereka menyerangmu."

"Kalau aku melawan, membuat mereka semakin menjadi-jadi, aku kalah jumlah."
Merasa heran dengan jawaban Rei yang kurang masuk akal, ia lebih memilih menyesap kopinya yang mulai dingin daripada memprotes.

"Rupanya penyebabnya satu, Kyu."
Rei melanjutkan, laki2 yang baru saja dipanggil Kyu masih serius memperhatikan.

"Apa itu??"

"Mereka memang tak terdidik,"
Kyu menautkan alisnya, bingung dengan ucapan Rei, namun ia lebih memilih menunggu daripada bertanya.

"Mereka hidup disebuah perkampungan dekat pantai, sedangkan kami hidup dikalangan petani gingseng, terbukti bagaimana perbedaan kami dari segi ekonomi dan tata krama, disana hanya ada 1 bangunan sekolah dasar, ayah mereka bekerja sebagai nelayan sedangkan ibunya pedagang ikan, berangkat subuh pulang malam demi mendapatkan ikan segar untuk diperdagangkan,"

"Wajar jika tak ada perhatian dan kasih sayang yang didapatkan mereka, hidup mereka terbatas tanpa adanya fasilitas, yang ada dipikiran mereka hanya urusan perut. Itulah sebab mereka memberontak, mencari perhatian disekolah, melampiaskan pada orang lemah yang tak suka keributan. Kasihan sekali."

"Siapa??"

"Aku, tentu saja. Kau pikir aku peduli dengan mereka yang kekurangan kasih sayang, salahkan saja takdir."
Rei menjawab sinis.

"Heyyy, kau tak boleh bicara seperti itu."
Selanya tak suka, namun Rei keras kepala.

"Kenyataannya memang begitu."

Mendengar jawaban Rei, Kyu tersenyum penuh arti, wajahnya menunduk dengan jemari panjangnya yang memainkan bibir cangkir. Ia tak ingin mendebat, karena hanya akan berujung pertengkaran nantinya, ia lebih memilih mengajukan pertanyaan lain.

"Bagaimana prestasimu waktu disekolah??"

"Tak terlalu bagus, namun bukan berarti aku tidak masuk sepuluh besar, para anak 'ikan' itu mendominasi 5 besar."

"Kau kalah pintar rupanya."
Kyu terbahak disampingnya, memilin ujung rambut Rei yang tergerai dipunggung.

"Memang, tapi asal kau tahu, aku cukup berterimakasih kepada mereka,"
Ucap Rei tajam, ia menyandarkan tubuhnya disofa setelah mematikan laptop, berencana meneruskan tulisannya nanti malam. Kemudian ia melanjutkan,

"Merekalah motivasiku, semangatku dalam belajar, ambisiku untuk membuat mereka semakin tertekan dibawahku, lihat saja jika aku sudah menjadi orang yang berhasil dan sukses."
Serunya mantap, sedikit menggebu, sarat penekanan, membuat Kyu tercengang akan ikrar yang terdengar ajaib detelinganya, sedetik kemudian ia tertawa.

"Hahaha, 3 tahun bersamamu kau memang selalu serius Rei, namun aku baru tahu kau memiliki ambisi semengerikan itu."
Rei tertawa kali pertama dalam pembicaraannya, membenarkan ucapan Kyu.

"Aku memang serius jika itu sudah menyangkut harga diri, jika aku tak mendapatkan keadilan dimasa lalu, aku akan membuat keadilan itu sendiri dimasa depan."
Lanjutnya penuh keyakinan, Kyu tersenyum penuh rasa kagum, ia membenarkan letak duduknya, berselonjor kaki, lalu menarik kepala gadis itu agar tidur dipangkuannya.

Sejenak mereka terdiam, mata Rei terpejam.

"Apa kau masih membenci mereka??"
Tanya Kyu, tangannya tak henti mengusap pelan kepala gadis itu.

"Sangat, semakin hari semakin besar rasa benci itu."

"Bagaimana denganku??"
Rei membuka matanya, alisnya bertaut, menunggu laki2 itu meneruskan ucapannya, ia belajar dari sifat Kyu yang tak akan bersuara sebelum seseorang menyelesaikan kalimatnya dengan jelas.

"Apa semakin hari kau semakin mencintaiku atau... kau mulai jenuh padaku??"
Pertanyaannya memang diluar topik, tapi ada kesamaan diantara keduanya. Meski sedikit ragu, namun ia ingin tahu kejujuran Rei selama ini.

Rei terkekeh, membuat wajah Kyu sedikit bersemu.

"Jika aku jenuh padamu, aku sudah menendangmu keluar dari privasi hidupku sejak dulu."
Jawaban Rei rupanya tak sepanjang yang ia pikirkan, Kyu tersenyum puas mendengarnya, buru2 ia menekuk lutut, memeluk kepala gadis itu yang sedikit meronta didadanya akibat serangan tiba2, membuat Kyu justru semakin gemas terhadapnya.

Ia sudah mengenal Rei semenjak dibangku sekolah menengah, namun baru berani menyatakan perasaannya saat mereka tak sengaja kuliah di satu universitas. Tak perlu jawaban lama maupun menggantung dari gadis itu, karena Rei juga memendam perasaan yang sama.

Maka dari itu ia bertanya, mereka bertemu dalam keadaan suka hingga saat ini, sama halnya dengan masa lalu Rei, gadis itu bertemu dengan teman2 masa lalunya dalam keadaan terasingkan, menumbuhkan bibit kebencian dihatinya.

Kyu baru saja mengambil kesimpulan alasan Rei tidak punya teman laki2, semua didasari dari kisah masa lalunya, tapi bukan berarti ia tak punya teman sama sekali, ia cukup pandai bergaul dengan teman baru, namun tak cukup pandai dalam mencari teman dekat. Rei orang yang cepat bosan.

Setelah mendapat gigitan didadanya, Kyu buru2 menjauhkan kepala gadis itu, sedikit meringis kemudian menatapnya galak.

"Lalu kenapa kau tidak menjadikanku sebagai motivasimu?? Kupikir akulah yang menjadi alasanmu rajin berangkat kuliah setiap hari."
Keluhnya lucu, Rei terbahak, kepalanya ditopang oleh lengan Kyu, bak menggendong kepala bayi raksasa.

"Ya!!! Kuliah itu kewajiban untuk mahasiswa, dan kau adalah kewajiban untuk selalu berada disisiku. Jabatanmu jauh lebih tinggi Tuan Cho, apa kau puas?!"

"Sangat."

"Jadi, apa masalahmu tiba2 bertanya seperti itu??"

"Tidak ada, hanya memastikan."

"Memastikan apa??"
Tanya Rei heran. Kyu tampak pura2 berpikir, menggoyang2kan tubuhnya kekanan dan kekiri, lalu berhenti memandang lurus mata gadis dalam dekapannya.

"Memastikan bahwa rasa cintamu tidak tertutupi oleh dendam konyolmu itu."
Jawab Kyu tertkekeh, membuat Rei hampir muntah mendengarnya.

"Baiklah, baiklah, kau memang jagonya merayu."

Mereka tertawa, sebelum Kyu memanggut pelan bibir gadis itu penuh rasa sayang, lalu melepasnya enggan ketika mereka benar2 memerlukan asupan udara diparu2 mereka.

Sore itu semakin hangat, mereka menghabiskan waktu berdua diruang tamu, menunggu hingga orangtua Rei pulang dari kantor. Seperti biasa, hanya mengobrol dan sesekali bercanda-gurau. Meski sudah 3 tahun bersama, tak ada sedikitpun raut bosan diwajah keduanya. Mereka saling membutuhkan, menjadi udara satu sama lain, dan semua tahu tanpa udara tak akan ada kehidupan.



THE END
Eng ing eng.......
Oneshoot, dan saya g tahu ini cerita apaan, 
Terinspirasi dari reaL Life masa LaLu yang menyesakkan,
Cuap2 penuh dendam :D
C u next FF. 

Senin, 02 Januari 2012

(Fanfic: Oneshoot) - - A Hug ScandaL - -

(Maincast: Cho Kyuhyun, Lee Taemin and The girL)  




* * *

Kertas itu kini sudah menjadi bulatan yang gagal dibentuk, dengan sekuat tenaga kuremas dengan keji demi melampiaskan rasa kesal, lalu melemparkannya ketempat sampah disudut kamar, merasa tidak cukup puas, aku membanting tubuhku diatas kasur busa yang tak beranjang, menelungkupkan badanku dengan kepala terbenam di bantal, selang beberapa menit aku terengah2 mengambil nafas.

"Sial!!"
Umpatku untuk kesekian kali, tak terhitung berapa banyak umpatan yang ku keluarkan hari ini selama dikampus.

Bayangkan saja, ada seorang gadis yang dengan terang2an menitipkan surat cinta kepadaku untuk diserahkan kepada pria yang jelas2 semua orang tahu bahwa pria itu adalah pacarku. Sebenarnya dimana dia menaruh otaknya??

Ku ubah posisiku menjadi tidur terlentang, menghela nafas kasar.

Aku meraih laptop diatas meja, kemudian menyalakannya, onLine seperti biasa, beruntung koneksinya sedang bagus, jadi aku tak perlu mengumpat lagi. Kegiatanku terhenti ketika tiba2 seorang namja berusia 14 tahun masuk tanpa mengetuk pintu. Taemin, adikku.

"Noona, ada yang mencarimu."

"Bilang saja aku tidak ada."

"Apanya yang tidak ada?!"
Sahut seseorang di ambang pintu yang terbuka lebar, bediri tepat disamping Taemin.

"Mau apa kau kemari?!"
Tanyaku ketus, masih teringat jelas bagaimana kejadian dikampus tadi yang benar2 membuatku kesal setengah mati.

"Memangnya tidak boleh?! Aku kesini mau maen game dengan Taemin, bukan begitu Taem?!"

"Errr...sebenarnya aku harus segera pergi Hyung, teman2 klub dance sudah menunggu."
Jawab Taemin jujur, namun pria itu tak habis akal, ekspresinya dibuat sekecewa mungkin.

"Yahhhh, sayang sekali, padahal aku baru saja membeli game keluaran terbaru, aku harus main dengan siapa kalau begitu?!"
Taemin menunjuk secara sembunyi2 kepadaku yang kini duduk ditepi kasur.

"Jangan meracuni adikku dengan kegiatan bodohmu itu Kyuhyun-ssi, dan jangan pernah berpikir aku mau meladenimu maen game."

"Kau ini sebenarnya kenapa sih?!"
Pria itu mulai emosi, tak terima kegiatan paling favoritnya dihina, bahkan oleh gadis yang seharusnya jadi pendukungnya.

"Masih tanya lagi."
Sewotku memalingkan muka, pria yang bernama Kyuhyun itu mendengus, Taemin bingung.

"Errr...sepertinya aku harus pergi sekarang, Hyung hati2 dengan noonaku."
Taemin segera melesat dari sana, Kyuhyun sedikit menimbang2 antara masuk atau tetap berdiri disitu.

"Jangan masuk!!"
Tegurku padanya yang baru selangkah masuk.

"Baiklah, aku minta maaf, sekarang tolong jelaskan dimana letak kesalahanku?!"
Kyuhyun mengalah, aku segera bangkit, berjalan kearah tempat sampah, lalu mengambil benda yang belum ada 15 menit itu kubuang.

"Baca!!"
Aku melemparkannya begitu saja yang langsung ditangkap dengan sigap.

"Apa ini??"

"Mana kutahu, surat cinta kali?!"
Aku masih menjawabnya dengan ketus. Kyuhyun membuka kertas kumal itu, berusaha membacanya tanpa ada satu hurufpun terlewati. Ia membatin, tak ada yang berbeda dari surat2 yang biasa ia terima selama ini, lalu apa yang membuat gadis didepannya sampai sebegitu marahnya??

"Romantis sekali."
Celetuk Kyuhyun mengomentari, lalu melanjutkan dengan nada menyebalkan.

"Ia bilang ingin menjadi pacarku, bahkan rela meskipun menjadi pacar yang keseribu katanya."
Ucapnya di iringi gelak tawa, sengaja membeberkan isi surat berusaha menggoda, ingin tahu bagaimana reaksiku?? Maaf saja aku takkan terpancing.

"Kau harusnya bersyukur, mempunyai pacar tampan yang sangat populer."
Lagi2 Kyuhyun berseru, aku mendelik kearahnya, kesal berlipat puluhan ganda, bagaimana bisa ada pria yang tingkat kenarsisannya melebihi kadar normal pria dewasa??

"Lalu kenapa tidak kau terima saja hah?! Toh kau juga tadi sangat menikmatinya bukan, saat ia tiba2 memelukmu?! Erat sekali, bahkan kau tak pernah memelukku seperti itu."
Sindirku mengingat kejadian siang tadi pasca gadis itu menyerahkan suratnya. Aku bersandar dimeja belajar, dengan tangan bersedekap, ekspresi mukaku kusut bukan main.

"Hey aku diserang, bagaimana mungkin aku menikmatinya?? Dia tiba2 saja menubrukku"
Katanya beralasan, aku berdecak kesal, heran kenapa Tuhan memberiku pacar se'tidaktahudiri' seperti ini. Merasa muak, aku berjalan sedikit menghentakkan kaki keluar kamar, sengaja menubruk bahu pria itu.

"Hey, tadi itu juga aku kaget, aku benar2 tidak tahu, maafkan aku."
Kyuhyun mengejar, namun aku tetap berjalan menuju dapur, tanganku menjulur hendak membuka kulkas, namun tertahan ketika tangan besar itu menarik lenganku yang lain secara tiba2.

"Ayolah, berhenti bersikap seperti anak kecil, kau tahu betul siapa yang ada dihatiku bukan?!"
Ucap Kyuhyun, mencoba mengingatkan beribu ucapan agar membuatku menaruh kepercayaan lagi padanya. Lagu lama.

Bukannya tetap bertahan pada aksi ngambek, kini aku justru menunduk, mataku bergerak liar, menahan sesuatu yang terpendam selama beberapa jam terakhir ini, rasa kesal, marah, benar2 sudah mencapai titik puncak kepalaku.

"Hey, kenapa kau menangis?? Apa aku menarikmu terlalu keras??"
Aku menggeleng berusaha memalingkan muka, Kyuhyun tampak merasa bersalah.

"Katakan padaku, sebenarnya apa yang mengganjal dihatimu?? Apa yang sedang kau pikirkan?? Coba katakan padaku."
Aku menggeleng lagi semakin kencang, membuat ikatan rambutku sedikit melorot.

"Kalau kau tidak mengatakannya, aku tidak akan pernah tahu letak kesalahanku, kau juga akan tersiksa jika terus2an memendamnya."
Kyuhyun berusaha membujuk, mengusap pipiku agar berhenti menangis. Namun tiba2 Kyuhyun teringat sesuatu.

"Oh iya, bagaimana suratnya bisa ada padamu?? bukankah mereka selalu meninggalkannya di lokerku??"
Aku mendongak kaget, menatap sinis ke pria didepanku yang terlihat cengengesan. Harusnya aku tahu, pria ini punya seribu cara untuk mengalihkan perhatianku.

"Karena dia sendiri yang langsung menyerahkannya padaku."
Ketusku sebal.

"Hah??? Yang benar???"

"Iya, benar2 yoeja tidak waras bukan?! Dia ingin aku menyerahkannya padamu, padahal jelas2 aku pacarmu, apa itu bisa disebut sebagai gadis normal?!"
Kyuhyun tertawa terbahak2 mendengar pengakuanku, kucubit perutnya keras agar berhenti tertawa. Ia hanya mengaduh dan tertawa lagi. Dengan sebal aku melanjutkan pengaduanku,

"Sepertinya juga ia sudah merencanakan dengan matang kapan timing yang tepat agar bisa memelukmu, dasar cewek nafsu!! Gila!! Sarap!!"
Kyuhyun membekap mulutku, dahinya berkerut tak suka.

"Sudah berapa kali kau menumpat hari ini??"

"Entahlah tak terhitung"
Jawabku sinis. Kyuhyun tersenyum, menelusuri mataku, lalu mengusapnya pelan.

"Kau tahu?? Kau tak biasanya cemburu seperti ini, bukankah setiap hari juga aku selalu menerima surat?!"
Tanyanya memastikan, lebih tepatnya mengingatkan.

"Bukan masalah suratnya, tapi lihat saja saat dia memelukmu tadi, sebagai seorang wanita ia benar2 tidak punya harga diri, dan kau juga, kau pasti sangat......"

"Aku sama sekali tidak menikmatinya asal kau tahu, jadi berhenti bicara seperti itu."
Potongnya cepat, lalu dengan sigap ia mengangkat tubuhku sampai terduduk diatas counter dapur, membuatku sedikit menjerit kaget, Kyuhyun terkekeh.

"Lihatlah, sekarang tinggi kita sama."
Ucap Kyuhyun, aku mengeryit tak mengerti.

Perlahan Kyuhyun menuntun tanganku agar melingkari lehernya, menatapku sedetik sebelum mengecup bibirku singkat. Belum habis rasa terkejutku, Kyuhyun sudah menempelkan tubuhnya dengan sempurna, memelukku dengan erat.

"Begini baru aku menikmati pelukanku, karena aku memeluk gadis yang aku cintai."
Ucap Kyuhyun menekan kepalaku, bukannya tersipu, aku justru tergelak.

"Yaaa!!! Kau benar2 merusak suasana."
Protes Kyuhyun kesal.

"Kau menjijikkan, darimana kau mendapatkan kalimat itu??"
Ucapku masih setengah tertawa.

"Aku mengutipnya dari surat tadi, dia bilang........."

"Sudah hentikan, aku sudah membacanya."
Potongku cepat, membuat tawa kami membahana hingga kesudut ruang. Kami masih berpelukan, Kyuhyun menempelkan dagunya di bahuku, memberikan sensasi geli yang terasa nyaman.

"Maafkan aku ya??"

"Tak apa."
Jawabku singkat.

"Kau tak ingin tahu alasanku minta maaf??"

"Tidak, karena kau pasti akan bilang 'Maaf karena aku tampan, jadi banyak gadis yang mencurahkan perasaannya padaku.'"
Aku menirukannya dengan sempurna, membuat Kyuhyun lagi2 tertawa.

"Pintar. Ayo ciuman."

"Bukankah tadi sudah?!"

"Aku mau ciuman yang sebenarnya Tuan Putri."

"Shiroooooo!!!!!"


The End


Xixixixix Kyuhyun tak bikin nafsu disini....

BaikLah, sebenarnya saya menulis juga daLam keadaan galau, sengaja menggunakan warna merah karena pada dasarnya saya memang sedikit agak marah,
jadi begini ceritanya,
waktu saya Lagi ujian, tiba2 teman saya sms kaLo Kyuhyun dipeLuk sama ELF PhiLippine, #Jdueeeerrrr hiLang sudah konsentrasi saya, bodohnya kenapa saya harus buka sms ditengah2 ujian??!!
Tapi setidaknya saya jadi punya inspirasi dengan tema tuLisan saya, semoga itu ELF baik2 saja, dan kagak dikeroyok ELF yang lainnya, meski itu ELF tetap merasa beruntung sudah merasakan lekuk tubuh Kyu #ApaLah??

Oh iya kemarin Tahun Baru yaaaaa~~~, 'Happy New Year' .................