Minggu, 22 Juli 2012

(Note: Sharing) - - The Last Moment - -




Home,
Sunday, 15 JuLy 2012,
08.30 am. 

Suara tangis pilu di ruangan itu semakin memekakkan gendang telinga, menghentak keras hingga ke ulu hati, ketika kain itu terbuka menampilkan wajah seorang wanita renta yang sudah tak bernyawa, akibat penyakit kanker sialan yang menggerogoti tenggorokannya selama 2 tahun terakhir ini.

Gadis berusia 20 tahun itu berdiri kaku, bibirnya terkatup rapat menahan tangisnya secara mati-matian, Sungguh Tuhan tak adil padaku, jeritnya dalam hati. Air matanya mengalir deras tanpa balutan suara isak, ia mencoba untuk tegar namun tetap gagal seperti biasa. Puluhan pasang mata menatapnya getir, siapapun yang melihatnya pasti tak kuasa untuk tidak turut menangis menyaksikan pemandangan paling dramatis saat itu.

"Aku ingin menciumnya, untuk terakhir kali."
Ujarnya pelan, nyaris tanpa suara.

Setelah mendapatkan syarat untuk tidak menangis saat mencium ibunya, ia pun menghapus airmatanya secara kasar. Perlahan ia menekuk lutut, menyangga berat tubuhnya sendiri menggantikan kedua kakinya. Ibu, tidurlah dengan damai, kita akan bertemu lagi di surga. Ia pun mendekatkan wajahnya, hatinya tercabik tanpa ampun manakala ujung hidungnya menempel selama sepersekian detik di ruas pipi tanpa daging itu, Aku akan merindukanmu, Ibu.

Tak ingin mengotori wajah suci sang Ibu dengan air matanya, ia segera menjauhkan diri. Lututnya bergetar hebat menahan sesak didada, hingga beberapa orang yang berada dalam jangkauannya dengan sigap menangkap tubuh lunglai itu. Ia nyaris pingsan, bahkan tak ada suara dalam derai air matanya yang menyesakkan.

Keranda itu mulai di angkat oleh 4 pria di masing-masing sudutnya. Gadis itu hanya terdiam kaku menatap kepergian sang Ibu untuk di antar ke tempat peristirahatan terakhir. Hanya ia yang tahu seberapa besar tingkat kesedihannya saat itu, hanya ia yang tahu rasa sesak ditinggal sang Ibu saat semua teman-temannya masih merasa bahagia mendapatkan belaian lembut dari tangan seorang Ibu, hanya ia yang tahu ketakutannya selama ini telah memuncak pada hari pemakaman itu, hanya ia yang tahu kekesalan, kemarahan, kebahagiaan, penderitaan, kesedihan yang dirasanya selama ini tak pernah berujung.

Hanya ia yang tahu, ia harus bangkit, ia tak ingin terlarut hingga terpuruk dalam kesedihan. Ini hidupnya, ia berhak bahagia, ia berhak mencapai impiannya dengan caranya sendiri, meski tanpa kehadiran sang Ibu disisinya. Hanya ia yang tau, bahkan jika tak ada orang lain yang tahu, ia yakin, ia mampu.

Selamat jalan, Ibu. Aku akan menjadi yang terbaik untukmu.



Teruntuk My Grandma, semoga Tuhan memeLukmu erat disana, dan memberikan tempat terbaik yang jauh Lebih indah.
My Aunty, Semoga diberi ketabahan dan ketegaran yang berlipat ganda, dengan maupun tanpa beLiau, kau tetapLah gadis yang kuat.

Rest in Peace, Grandma....
Saturday, 14 JuLy 2012.
16.45 pm.