Senin, 12 Maret 2012

(Fanfic: Oneshoot) - - Revenge of The Past - -

(Maincast: Cho Kyuhyun, and Rei)




* * *
"Kau sedang menulis apa Rei??"
Seorang laki2 mengalihkan kesibukannya membaca buku, ia melihat gadis yang tengah serius berkutat dengan laptopnya. Jemari lentiknya lihai menekan tombol keyboard dengan tepat sesuai huruf yang disusun.

"Masa lalu."
Jawab Rei.

"Masa lalu??"
Laki2 itu tampak keheranan, sertamerta menyingkirkan bukunya, tertarik dengan penjelasan yang akan diberikan gadis itu, ia lalu duduk dikarpet, punggungnya menyandar sofa, mengintip sebaris tulisan yang hampir mencapai 1 halaman microsoft word.

"Ya, masa lalu. Kau tak pernah tahu bukan?! Aku akan menceritakannya padamu."
Rei menegakkan badannya, menoleh pada laki2 yang tengah menunggu dirinya bercerita, sembari menulis ia memulai kisahnya.

"Sewaktu kecil teman2 kerap kali menghinaku, pendiam yang tak bisa apa2, tak pernah berbaur dengan teman2 sekelas, baru menjawab pertanyaan dengan benar sudah dianggap merasa paling pintar,"
Rei berhenti sejenak dari kegiatannya, membaca ulang apa yang baru saja ditulisnya, kemudian ia melanjutkan.

"Kau tahu bagaimana rasanya terintimidasi, selalu dijadikan korban keisengan, mereka bahkan tak segan melempar penghapus saat aku menulis didepan, menaruh paku payung dibangkuku, menggantung seragamku usai pelajaran olahraga, mencorat-coret bukuku dengan kata2 kotor, menjambak ikatan rambutku dan....."
Ia menarik nafas, konsentrasinya terbagi, Rei sedikit melamun.

"Hal itu terjadi selama 6 tahun, pada masa aku menjadi murid sekolah dasar. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya?! Apa itu bisa disebut sebagai kewajaran atas kenakalan bocah dibawah usia 12 tahun??"
Rei mendesis, pikirannya kembali ke masa 10 tahun lalu, memikirkannya saja sudah membuatnya menutup mata rapat2, benci untuk mengingat.

"Lalu apa yang kau lakukan saat mereka mengerjaimu??"
Laki2 itu bertanya, menyimak dengan seksama.

"Diam."

"Kenapa tak melawan, kau tak melapor pada guru??"

"Memangnya aku harus bagaimana, tak ada yang membelaku, guru juga tak peduli."
Laki2 itu memandang tak percaya.

"Tapi setidaknya kau melawan, tidak hanya diam saja, pasrah menunggu mereka menyerangmu."

"Kalau aku melawan, membuat mereka semakin menjadi-jadi, aku kalah jumlah."
Merasa heran dengan jawaban Rei yang kurang masuk akal, ia lebih memilih menyesap kopinya yang mulai dingin daripada memprotes.

"Rupanya penyebabnya satu, Kyu."
Rei melanjutkan, laki2 yang baru saja dipanggil Kyu masih serius memperhatikan.

"Apa itu??"

"Mereka memang tak terdidik,"
Kyu menautkan alisnya, bingung dengan ucapan Rei, namun ia lebih memilih menunggu daripada bertanya.

"Mereka hidup disebuah perkampungan dekat pantai, sedangkan kami hidup dikalangan petani gingseng, terbukti bagaimana perbedaan kami dari segi ekonomi dan tata krama, disana hanya ada 1 bangunan sekolah dasar, ayah mereka bekerja sebagai nelayan sedangkan ibunya pedagang ikan, berangkat subuh pulang malam demi mendapatkan ikan segar untuk diperdagangkan,"

"Wajar jika tak ada perhatian dan kasih sayang yang didapatkan mereka, hidup mereka terbatas tanpa adanya fasilitas, yang ada dipikiran mereka hanya urusan perut. Itulah sebab mereka memberontak, mencari perhatian disekolah, melampiaskan pada orang lemah yang tak suka keributan. Kasihan sekali."

"Siapa??"

"Aku, tentu saja. Kau pikir aku peduli dengan mereka yang kekurangan kasih sayang, salahkan saja takdir."
Rei menjawab sinis.

"Heyyy, kau tak boleh bicara seperti itu."
Selanya tak suka, namun Rei keras kepala.

"Kenyataannya memang begitu."

Mendengar jawaban Rei, Kyu tersenyum penuh arti, wajahnya menunduk dengan jemari panjangnya yang memainkan bibir cangkir. Ia tak ingin mendebat, karena hanya akan berujung pertengkaran nantinya, ia lebih memilih mengajukan pertanyaan lain.

"Bagaimana prestasimu waktu disekolah??"

"Tak terlalu bagus, namun bukan berarti aku tidak masuk sepuluh besar, para anak 'ikan' itu mendominasi 5 besar."

"Kau kalah pintar rupanya."
Kyu terbahak disampingnya, memilin ujung rambut Rei yang tergerai dipunggung.

"Memang, tapi asal kau tahu, aku cukup berterimakasih kepada mereka,"
Ucap Rei tajam, ia menyandarkan tubuhnya disofa setelah mematikan laptop, berencana meneruskan tulisannya nanti malam. Kemudian ia melanjutkan,

"Merekalah motivasiku, semangatku dalam belajar, ambisiku untuk membuat mereka semakin tertekan dibawahku, lihat saja jika aku sudah menjadi orang yang berhasil dan sukses."
Serunya mantap, sedikit menggebu, sarat penekanan, membuat Kyu tercengang akan ikrar yang terdengar ajaib detelinganya, sedetik kemudian ia tertawa.

"Hahaha, 3 tahun bersamamu kau memang selalu serius Rei, namun aku baru tahu kau memiliki ambisi semengerikan itu."
Rei tertawa kali pertama dalam pembicaraannya, membenarkan ucapan Kyu.

"Aku memang serius jika itu sudah menyangkut harga diri, jika aku tak mendapatkan keadilan dimasa lalu, aku akan membuat keadilan itu sendiri dimasa depan."
Lanjutnya penuh keyakinan, Kyu tersenyum penuh rasa kagum, ia membenarkan letak duduknya, berselonjor kaki, lalu menarik kepala gadis itu agar tidur dipangkuannya.

Sejenak mereka terdiam, mata Rei terpejam.

"Apa kau masih membenci mereka??"
Tanya Kyu, tangannya tak henti mengusap pelan kepala gadis itu.

"Sangat, semakin hari semakin besar rasa benci itu."

"Bagaimana denganku??"
Rei membuka matanya, alisnya bertaut, menunggu laki2 itu meneruskan ucapannya, ia belajar dari sifat Kyu yang tak akan bersuara sebelum seseorang menyelesaikan kalimatnya dengan jelas.

"Apa semakin hari kau semakin mencintaiku atau... kau mulai jenuh padaku??"
Pertanyaannya memang diluar topik, tapi ada kesamaan diantara keduanya. Meski sedikit ragu, namun ia ingin tahu kejujuran Rei selama ini.

Rei terkekeh, membuat wajah Kyu sedikit bersemu.

"Jika aku jenuh padamu, aku sudah menendangmu keluar dari privasi hidupku sejak dulu."
Jawaban Rei rupanya tak sepanjang yang ia pikirkan, Kyu tersenyum puas mendengarnya, buru2 ia menekuk lutut, memeluk kepala gadis itu yang sedikit meronta didadanya akibat serangan tiba2, membuat Kyu justru semakin gemas terhadapnya.

Ia sudah mengenal Rei semenjak dibangku sekolah menengah, namun baru berani menyatakan perasaannya saat mereka tak sengaja kuliah di satu universitas. Tak perlu jawaban lama maupun menggantung dari gadis itu, karena Rei juga memendam perasaan yang sama.

Maka dari itu ia bertanya, mereka bertemu dalam keadaan suka hingga saat ini, sama halnya dengan masa lalu Rei, gadis itu bertemu dengan teman2 masa lalunya dalam keadaan terasingkan, menumbuhkan bibit kebencian dihatinya.

Kyu baru saja mengambil kesimpulan alasan Rei tidak punya teman laki2, semua didasari dari kisah masa lalunya, tapi bukan berarti ia tak punya teman sama sekali, ia cukup pandai bergaul dengan teman baru, namun tak cukup pandai dalam mencari teman dekat. Rei orang yang cepat bosan.

Setelah mendapat gigitan didadanya, Kyu buru2 menjauhkan kepala gadis itu, sedikit meringis kemudian menatapnya galak.

"Lalu kenapa kau tidak menjadikanku sebagai motivasimu?? Kupikir akulah yang menjadi alasanmu rajin berangkat kuliah setiap hari."
Keluhnya lucu, Rei terbahak, kepalanya ditopang oleh lengan Kyu, bak menggendong kepala bayi raksasa.

"Ya!!! Kuliah itu kewajiban untuk mahasiswa, dan kau adalah kewajiban untuk selalu berada disisiku. Jabatanmu jauh lebih tinggi Tuan Cho, apa kau puas?!"

"Sangat."

"Jadi, apa masalahmu tiba2 bertanya seperti itu??"

"Tidak ada, hanya memastikan."

"Memastikan apa??"
Tanya Rei heran. Kyu tampak pura2 berpikir, menggoyang2kan tubuhnya kekanan dan kekiri, lalu berhenti memandang lurus mata gadis dalam dekapannya.

"Memastikan bahwa rasa cintamu tidak tertutupi oleh dendam konyolmu itu."
Jawab Kyu tertkekeh, membuat Rei hampir muntah mendengarnya.

"Baiklah, baiklah, kau memang jagonya merayu."

Mereka tertawa, sebelum Kyu memanggut pelan bibir gadis itu penuh rasa sayang, lalu melepasnya enggan ketika mereka benar2 memerlukan asupan udara diparu2 mereka.

Sore itu semakin hangat, mereka menghabiskan waktu berdua diruang tamu, menunggu hingga orangtua Rei pulang dari kantor. Seperti biasa, hanya mengobrol dan sesekali bercanda-gurau. Meski sudah 3 tahun bersama, tak ada sedikitpun raut bosan diwajah keduanya. Mereka saling membutuhkan, menjadi udara satu sama lain, dan semua tahu tanpa udara tak akan ada kehidupan.



THE END
Eng ing eng.......
Oneshoot, dan saya g tahu ini cerita apaan, 
Terinspirasi dari reaL Life masa LaLu yang menyesakkan,
Cuap2 penuh dendam :D
C u next FF.