Minggu, 20 Mei 2012

(Fanfic: Oneshoot) - - The Handsome DeviL - -


(Maincast: Kyuhyun, Taemin, Sehun, and the girl is Rei)


 * * *

Sesapan terakhir dari coklat panas yang kupesan, terasa lebih dingin dan lebih pahit tak seperti biasanya. Mungkin hal tersebut terpengaruh dari seraut wajah penuh intimidasi seorang pria yang ada didepanku, tatapannya membuat orang yang melihatnya lebih memilih dimarahi habis2an secara langsung, dan pria yang kumaksud bukanlah orang lain, pria itu..... pacarku sendiri.

"Jujur saja, kau juga menyukainya kan?!"
Kali ini bukan sebuah pertanyaan yang ia ajukan, melainkan tandasan kata yang mengakibatkan jantungku semakin bertalu. Aku menghela nafas untuk kesekian, lalu meletakkan cangkirku yang kosong.

"Kyuhyun-aa, berapa kali harus kubilang, aku-tidak-menyukainya, dia seumuran adikku, dan aku sudah punya kau. Kau pikir aku ini mengidap pedopilia?!"
Seruku masih mencoba santai, meski jengah dengan tudingan Kyuhyun akhir2 ini yang mulai tak masuk akal.

"Kau memang tidak mengidap, tapi kau sedang mengalami gejala. Kau pikir aku tidak tahu setiap kali kita sedang berdua dan ponselmu berdering, kau langsung buru2 merogoh isi tasmu, lalu ketika membaca pesannya kau senyam-senyum sendiri seperti orang gila, lupa bahwa ada aku disana."

"Memangnya kau tahu aku menerima pesan dari siapa?! Bisa saja itu dari Mincha atau dari adikku."
Kilahku mulai menaikkan intonasi.

"Dan kau pikir aku tidak punya Noona?! Taemin juga tidak akan sekurangkerjaan itu mau mengirim pesan2 yang tidak penting kepada Noonanya."
Serunya tajam, dan memang cenderung masuk di akal, ketahuan bohong akhirnya, mati kutu aku dibuatnya.

"Anak itu hanya curhat, tidak lebih, ia sudah menganggapku seperti Noona baginya, Taemin saja tidak keberatan kenapa kau malah uring2an?!"

"Dia menyukaimu Rei, dan kau meladeni perasaannya, kau hanya perlu menyadari bahwa kau juga mulai menyukai anak itu."

"Jadi sekarang kau tidak percaya padaku??"

"Aku percaya pada kenyataan."

"Ohya?! Dia menyukaiku saja kau marah, apalagi jika aku bilang bahwa aku juga menyukainya, kau pasti mengamuk."

"Kau ini gila atau apa?! Tentu saja aku mengamuk, kau itu pacarku."

"Ahhh, sudahlah, malas berdebat dengan orang cemburuan sepertimu, aku masih ada kuliah."
Seruku menghentikan perdebatan kami, wajahku sukses tertekuk, alis kyuhyun bertaut sempurna, tangannya terlipat didada, memandang kesal ke arahku yang buru2 merapikan buku yang kujejalkan secara asal kedalam tas.
Aku beranjak tanpa suara, tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.

"Ponselmu."
Serunya menghentikan langkahku yang mulai menjauh 3 langkah. Aku berbalik, lalu menyambarnya.

"Tidak usah menungguku, aku bisa pulang sendiri."
 Ucapku sambil lalu.

"Percaya diri sekali, minta saja jemput pacar barumu itu."
Setelah dia mengatakan hal itu, kesabaranku benar2 habis, tanpa pikir panjang aku berbalik dan melayangkan sebuah benda segi empat yang tadinya berada dalam genggamanku, kini sukses mendarat di pelipisnya.

Seluruh pasang mata yang ada dikantin itu memandang takjub, kami memang terkenal sering bertengkar, tapi kali ini yang paling frontal.

Tak peduli dengan reaksi sakitnya, aku segera mengambil langkah besar2 tanpa memedulikan ponselku yang baru saja kulempar ke arahnya. Terdengar suara mengaduh kesakitan, sedetik kemudian teriakan lantang itu mengudara.

"YAAAA!!!!!!


* * *

Aku, Kyuhyun, dan seseorang yang tengah dicemburui oleh Kyuhyun secara mati2an.

Namanya Sehun, kelas 3 SMA, teman sekelas sekaligus anggota club dance yang diketuai oleh Taemin. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya, tapi anak itu luar biasa tampan. Kecurigaan Kyuhyun memang benar bahwa aku memang (sedikit) menyukainya, tapi bukan berarti aku mengidap pedopilia maupun gejala2nya. Aku wanita normal. Dan setiap bentuk penilaian normal terhadap lawan jenis yang paling mendasar adalah bagian fisik.

Sehun itu manis sekali, imut dan tidak terlihat seperti remaja yang sebentar lagi akan melepas masa SMAnya. Dia dancer yang cekatan, meski tak selentur Taemin. Dia pintar dalam seluruh mata pelajaran, itulah mengapa Taemin sering mengajaknya datang kerumah dan menobatkannya sebagai guru privat.

Dia anak bungsu dari 2 bersaudara, wajar jika dia selalu bersikap seolah aku adalah Noonanya, ia hanya memiliki kakak laki2 yang lebih tua 3 tahun diatasnya. Ia juga kerap kali bercerita bahwa mereka selalu bertengkar, bercerita bahwa ia jauh lebih tampan daripada kakaknya dengan penuh percaya diri, selalu berkeluh kesah tak pernah bisa menandingi kepintaran kakaknya yang berotak cerdas, sedangkan ia pintar karena belajar.

Kyuhyun sampai pernah mengkritik tajam kepadaku.

"Kau seperti biro curhat, masalah kecil seperti itu saja dia tidak bisa menyelesaikannya sendiri, manja."
Ucapnya ketus setelah beberapa saat aku mengakhiri pembicaraan dengan Sehun ditelepon, namun aku hanya membalasnya dengan kekehan kecil, malas berdebat.

Tidak hanya itu, ia juga terang2an menunjukkan sikap ketidaksukaannya terhadap Sehun ketika aku mengenalkannya saat berkunjung kerumah.

Kyuhyun juga sering kali mengecek pesan2 diponselku, siapa saja yang menelpon hari itu, dan memang sengaja tidak kuhapus karena aku ingin ia tidak mencurigaiku.

Sehun sangat menyenangkan. Ditambah Taemin, aku jadi merasa memiliki 2 adik laki2. Setiap kali jalan2 bertiga, mereka menggapitku seperti bodyguard, Kyuhyun sudah kuajak, tapi tentu saja dia menolak mentah2 karena ada Sehun.

Saat sedang bertengkar dengan Kyuhyun, tidak jarang Sehun juga sering tidak sengaja menjadi tempat curhatku, seperti saat ini. Ia berkunjung kerumah karena 2 hari ponselku tak dapat dihubungi. Aku yang sedang duduk manyun menatap kosong acara TV, seketika sumringah mendapati Sehun datang dan langsung duduk disebelahku. Taemin berlalu masuk kamar untuk berganti pakaian.

Sehun tersenyum padaku, benar2 bocah laki2 berwajah damai, adikku yang selama ini ku elu2kan karena ketampanannyapun tidak dapat menandingi wajah malaikatnya, baiklah aku narsis, tapi itulah kenyataannya haha~~.

"Noona sadis sekali, kenapa Kyuhyun hyung sampai dilempar dengan ponsel??"
Komentarnya setelah ia mendesakku bercerita karena melihat wajah kesalku.

"Dia menyebalkan."
Jawabku singkat, aku memang tidak menceritakan detail permasalahannya, hanya beberapa point saja. Bagaimana mungkin aku  bercerita pada orang yang menjadi penyebab pertengkaran hebat kami 2 hari yang lalu?!

"Benarkah?? Aku yakin bukan hanya itu, kalian kan sudah cukup lama berpacaran, 3 tahun kudengar."
Ucapnya heran, ada nada curiga dalam kalimatnya, aku menggaruk kepalaku, mencoba untuk sekedar mencari kata untuk mengawali.

"Faktor jenuh mungkin."
Ungkapku tak yakin. Sehun mengangguk2 mengerti, aku yakin ia tahu maksudku mengatakan 'jenuh', namun ada senyum samar yang sedikit kutangkap melalui sudut mata.

Taemin muncul dan mengatakan bahwa ia sangat lapar, eomma masih lama pulang dari kantor, dan aku sedang malas memasak. Akhirnya kami memutuskan untuk makan diluar, direstoran siap saji.

"Kenapa parkir diluar penuh sekali??"
Keluh Taemin setelah berputar2 mencari area parkir yang penuh total. Aku ikut celingukan dikursi belakang.

"Noona, kau dan Sehun masuklah dulu, aku parkir dibasement dalam saja."

"Baiklah."
Setelah menurunkan kami tepat dihalaman depan restoran, Sehun berjalan disampingku dengan wajah sumringah.

"Kau riang sekali."
Seruku tidak tahan untuk tidak berkomentar.

"Bukankah aku memang selalu riang?!"

"Tidak, maksudku tidak seriang ini."
Namun Sehun hanya tertawa kecil, matanya melengkung ketika ia tersenyum. Ya Tuhan, anak ini...........


* * *

"Taemin-aa, apa Sehun sudah punya pacar?? Apa ia bandel disekolah?? Apa banyak gadis yang menyukainya??"
Taemin menatapku heran, mendongakkan kepalanya dari buku otomotif yang tengah dibacanya, bingung dengan rentetan pertanyaan yang kuajukan malam ini.

"Noona, apa kau baik2 saja??"
Hanya itu jawaban yang kudapatkan dari Taemin, ah bukan jawaban, melainkan justru pertanyaan balik dengan nada penuh rasa curiga.

"Aku hanya ingin tau, kau hanya tinggal memberitahuku."

"Kau ini lebih tua 4 tahun diatasnya, dan kau sudah punya Kyuhyun hyung."

"Jawab saja!!"
Seruku kesal karena ia menyebut2 nama Kyuhyun. Taemin memutar bola matanya, sambil bicara ia melanjutkan kegiatannya.

"Dia masih single, dia murid baik disekolah, dan noona tahu sendiri ia memiliki bekal wajah dan reputasi yang sangat baik disekolah, jadi banyak gadis yang mengejarnya. Puas?!"

"Sangat. Gomawo adikku."
Ucapku riang, mendaratkan kecupan sayang dipipinya, lalu berlalu pergi meninggalkan kamarnya.

"Noona."
Panggilnya ketika aku sampai dipintu kamar.

"Jangan main2 dengannya, aku diam bukan aku tak peduli, ataupun melarangmu bergaul dengan anak seumuranku, tapi aku ingin noona yang berpikir mana yang terbaik."

* * *

Hari ke kelima tanpa Kyuhyun. Aku mulai terbiasa karena ada Sehun, aku merasa bahwa aku seperti kembali menjadi seorang remaja ketika berada didekatnya. Kyuhyun bahkan jarang sekali membuatku tertawa, sedangkan Sehun membuatku merasa begitu muda.

Kyuhyun juga tak pintar membuat agyeo, coba tengok cara Sehun menunjukkan aksi buing2nya, lucu, dan menggemaskan.

Ahhh...Sehun. Tampan sekali.


* * *

Seminggu tanpa Kyuhyun, dan Sehun mulai menunjukkan tanda2 yang kurang menyenangkan. Hal ini membuatku teringat akan kalimat Taemin beberapa waktu lalu.

Sabtu sore. Disini. Diruang tamu. Ketika Sehun datang untuk belajar seperti biasa, dan Taemin terlambat pulang karena sedang ada perlu dirumah temannya. Setelah lama mengobrol, Sehun bertanya. Dengan muka polos disertai wajah malaikatnya.

"Noona, sejauh mana hubunganmu dengan Kyuhyun hyung??"
Pertanyaannya membuat wajahku seketika memerah. Meski malu, aku tetap menatap balik matanya, merasa bahwa tak perlu ada kecanggungan dengan namja seumuran adikku.

"Wei??"

"Ani, apa kalian pernah berciuman?? Apa ia seorang good kisser??"
Tanyanya polos, sedikit menggebu, persis anak kecil, namun aku tak suka, pertanyaannya terlalu intim.

Seakan ada alarm yang berbunyi dikepalaku untuk berhati2 terhadap anak ini, akupun menyusun strategi, berusaha memancing si pemancing, juga berusaha untuk tidak tertipu dengan wajah malaikatnya, biar bagaimanapun aku juga memiliki adik laki2.

Sedetik alisku berkerut curiga, namun aku berupaya mengendalikan diri, mengajukan pertanyaan serupa hanya untuk mengetahui sejauh mana ia akan membicarakan topik ini.

"Kau sendiri bagaimana?? Apa kau sudah pernah mencium seorang gadis??"
Tanyaku balik, mencoba berbicara layaknya seorang kakak yang tengah mendengarkan keluhan seorang adik laki2 mengenai bagaimana rasanya sebuah ciuman.

Sehun menggeleng, persis sesuai dugaanku, matanya kemudian menatapku teduh. Ia berbohong dengan pengakuannya, karena seseorang takkan berani bertanya mengenai istilah 'a good kisser' jika belum pernah berciuman.

"Belum, tapi aku ingin mencobanya...."

"Silahkan, kau sudah dewasa."
Ucapku bijak. Sehun semakin intens menatapku, bahkan matanya terpaku dibibirku, detik berikutnya aku tahu apa isi otaknya.

"Tapi aku ingin melakukannya denganmu sebagai yang pertama."

"Jangan harap!!"
Satu suara muncul didaun pintu yang terbuka. Taemin berdiri disana, tangannya bersedekap, memandang tajam ke arah kami

"Ayolah Sehun-aa, sudah cukup menggoda Noonaku, dia sudah punya namjachingu, kalau kau memang menyukai gadis yang lebih tua, bukan berarti kau boleh seperti itu kepadanya, kau sama sekali tidak menghormatiku."
Taemin berbicara tegas seraya menghampiri kami, ia berdiri tepat disofa tempatku duduk.

Apa katanya?? Menyukai gadis yang lebih tua?? Apakah itu semacam kelainan?? Jika sebaliknya wanita dewasa menyukai pria yang jauh lebih muda, itu berarti aku benar2 terkena syndrom pedopilia. Ya Tuhan......

"Pulanglah."
Pinta Taemin, sedikit menyentakkan lamunanku, Sehun masih terdiam sedaritadi, kupikir ia tengah menahan malu karena berhasil kepergok.
"Jika aku membutuhkan bantuanmu untuk belajar, aku yang akan datang ke apartemenmu."
Serunya pelan. Beberapa menit berlalu, kami terdiam cukup lama, dan Sehun pun yang menjadi pemecah kesunyian.

"Noona. mianhae."
Ucapnya penuh penyesalan, aku tersenyum ramah kearahnya dan mengatakan tidak apa2.

"Tapi kau harus percaya, bahwa aku memang sungguh2 menyukaimu Noona, kau percaya kan?!"
Aku terkekeh mendengar pernyataan paling lucu yang pernah ia lontarkan, sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia adalah murid yang sangat pintar.

"Ne, aku percaya, sekarang pulanglah."
Ucapku sembari mengacak rambutnya. Seketika aku menyadari, bahwa rasa sukaku selama ini hanya berdasarkan sistem kinerja otak wanita normal yang menyukai pria berwajah tampan, namun ada yang lebih mendasar dari semua ini, tak lain rasa sayangku timbul karena ia sudah seperti seorang adik bagiku.

Mendadak rasa rindu terhadap pria yang kuabaikan hampir seminggu ini muncul, dadaku terasa sesak begitu saja. Kyuhyun.....


* * *

Aku baru menyadari, kehadiran Sehun benar2 mempengaruhi kehidupanku, bahkan aku sama sekali tak ingat bahwa aku hidup tanpa ponsel selama seminggu ini, benar2 rekor.

Mincha sampai kesal karena aku sulit sekali dihubungi, ia mendatangiku langsung kerumah di minggu pagi. Ia juga mencecarku atas kejadian dikantin minggu lalu. Kudengar selama seminggu pula Kyuhyun tidak berangkat kuliah.

Aku dan Kyuhyun berbeda fakultas, namun Jinki, pacar Mincha sejurusan dengan Kyuhyun. Dan berita yang paling mengejutkan hingga aku nyaris limbung adalah Kyuhyun masuk rumah sakit.

Buru2 kusambar gagang telepon diruang tengah, lalu menekan tombol angka yang sudah sangat kuhafal diluar kepala.

"Yeobsseo??"
Hatiku mencelos, suara wanita yang mengangkatnya, tapi aku kenal dengan baik suara ini, Ahra onnie.

"Onnieya, ini Rei, Kyuhyun....."

"REI!!!! Ya Tuhan, kau ini kemana saja, Kyuhyun sudah 3 hari sekarat dirumah sakit, dan ponselmu sama sekali tidak bisa dihubungi, mana rasa tanggungjawabmu terhadap namjachingumu hah?!"
Ahra onnie berteriak keras, dan aku menyesal telah membuatnya berteriak sekeras itu. Setelah emosinya mereda, ia meminta maaf dan langsung memberitahu alamat rumahsakit.

Tanpa pikir panjang, dengan ditemani Mincha, aku buru2 menuju rumahsakit. Selama perjalanan, banyak spekulasi yang bermunculan di otakku, mengingat betapa kerasnya aku melemparkan ponselku hingga mengenai pelipisnya.

Ya Tuhan....apa ia mengalami gegar otak?? Kenapa tadi tidak sekalian kutanyakan pada Ahra onnie penyebab ia masuk rumahsakit, pabo!!!


* * *

Dan disanalah ia, pria berkulit pucat itu berada di atas ranjang, dan ia tampak sangat.........baik2 saja.

Antara lega, kesal, dan khawatir timbul menjadi satu. Wajahnya memang tampak baik2 saja ketika Ahra onnie menyuapinya apel dan meminumkannya jus jeruk, ditambah kehadiran Jinki yang sedang berceloteh hingga kehadiranku menghentikan celotehannya.

Aku berdiri diambang pintu, melihat hiasan putih yang merekat di pelipis kanannya, lalu tangan yang diperban hingga siku. Pertanyaanku hanya 1, apakah ia baru saja mengalami kecelakaan??

Kyuhyun memalingkan muka, dan itu membuat hatiku mencelos, sesak luar biasa karena ia bahkan masih sangat marah kepadaku.

Ahra onnie tersenyum menghampiriku, ia bukan tipe orang yang suka berlama2 memendam amarah, tidak seperti adiknya. Itulah yang membuatku lega karena ia selalu menjadi penengah ketika aku dan Kyuhyun bertengkar. Didorongnya tubuhku berdiri tepat disisi ranjang, Ahra onnie segera keluar dari sana, Jinki mengikuti dan langsung merangkul Mincha yang masih berdiri di ambang pintu.

Aku menarik nafas, mencoba mengatur nafasku yang tercekat ditengah aura setan yang menguar tajam diruangan ini.

"Kau....kenapa??"
Tanyaku takut2. Kyuhyun mengabaikanku, ia justru meraih PSP hitamnya yang tergeletak di samping bantalnya.

"Mianhae."
Ucapku penuh penyesalan, menunduk dalam2, membiarkan ia menikmati permainannya tanpa menghiraukanku.

"Aku salah, aku memang menyukainya, tapi hanya sebatas rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Dan aku sama sekali tak menghubungimu karena...karena kau tahu, ponselku....Kyuhyun-aa apapun itu, kumohon maafkan aku....mianhae."
Aku tak dapat lagi membendung airmataku, isakku pada akhirnya pecah, dan membuatnya mau bersuara, namun itu bukanlah suara biasa, melainkan sebuah tawa. Dia menertawakanku, sial!!!!

"Ya!!! Kenapa kau tertawa, aku kan sedang minta maaf.".
Seruku gusar, antara malu dan kesal, dan mau tak mau aku mencubit keras perutnya.

"Mian, mian, kemarilah."
Ia menarikku untuk duduk ditepi ranjangnya, tangannya membenamkan wajahku didadanya. Ia masih setengah tertawa.

"Aku sudah tahu semua, dari Taemin, selama seminggu ini aku memantaumu melalui dirinya."

"Jadi kau.......juga sudah tahu kalau dia memiliki kelainan itu?!"
Kyuhyun mengangguk, menatapku geli dan langsung tertawa lebar.

"Hahaha ada2 saja."

"Ihhhh"
Protesku ngambek, namun mataku langsung tertumbuk pada sepetak perban yang menutupi pelipis kanannya.

"Ini...."

"Gara2 kau. Tahu tidak aku mengalami benjolan parah setelah kau lempar ponselmu secara brutal?!"

"Jinja??"
Tanyaku tak percaya, mendekatkan diri untuk menyentuh lukanya yang diperban, membukanya perlahan setelah terlebih dulu mendapat persetujuannya. Dan memang benar, segores luka kecil yang menganga lebar dengan hiasan warna kemerahan disetiap sisinya, membuatku semakin serba salah, berulang kali pula aku mengucapkan maaf kepadanya.

"Lalu, kenapa tanganmu??"

"Pneumothorax-ku kambuh, tepat saat aku menaiki tangga, lalu aku jatuh, untung hanya tanganku yang terkilir."
Aku memandangi perban ditangannya, menyentuhnya pelan.


"Sakit??"
Tanyaku cemas, Kyuhyun menggeleng, lalu tersenyum.

"Kau naik motor lagi ya, makanya kambuh??"
Tanyaku lagi curiga, Kyuhyun memang tidak boleh terlalu banyak terkena angin dan tidak boleh terlalu capek. Terakhir kali kambuh setelah ia memaksakan diri untuk mengikuti pelajaran olahraga lari saat di SMA dulu dan menaiki motornya saat ia mengejar waktu ujian yang hampir dimulai.

"Untuk apa?? Mana mobilmu??"

"Mobilku sedang dipakai noona, dan aku pergi untuk ini."
Kyuhyun kembali merogoh bawah bantalnya dan mengeluarkan sebuah benda yang tak asing dari sana. Ponsel.

"Aku tak menemukan model yang sama, jadi aku belikan yang lain."

"Kau....aku yang salah kenapa kau harus begini?!"

"Aku tahu ponselmu kau beli dengan uang tabunganmu, jadi aku juga memakai uang tabunganku, dan jangan pernah mengatakan tidak enak, ataupun akan mengganti uangku."
Serunya tajam, namun aku hanya meliriknya sinis, sejurus kemudian aku tertawa dan menghambur memeluk bahunya.

"Gomawo, kau tahu sekali aku sedang miskin hehehe."

"Iya2, sekarang lepaskan, kau membuatku sesak nafas."

"Tidak mau."
Seruku semakin mengeratkan pelukanku, namun perlahan aku pun melepaskannya, tapi aku justru terperangkap, karena tangan kanan Kyuhyun yang bebas segera meraih kepalaku dan mendorongnya kedepan.

Bibir kami bersentuhan, bahkan kurasakan sedikit suara gigi kami yang saling bertubrukan, kami meluapkan segala rasa rindu melalui ciuman ini.

Setelah benar2 membutuhkan oksigen, perlahan kami saling melepaskan diri, aku yakin wajahku sudah semerah tomat. Kyuhyun tertawa melihat rona diwajahku, lalu dengan gemas ia mengacak2 rambutku.

"Saling percaya, saling terbuka, saling memberi dukungan dan saling mencintai, arsseo??"
Ucapnya tegas, dan mendapat anggukan mantap dariku.

Mungkin dalam hal ini, aku harus sedikit berterimakasih kepada Sehun, biar bagaimanapun ia secara tidak langsung membuatku sadar bahwa aku masih sangat membutuhkan dan mencintai pria ini.



THE END



Saya g tauk ini FF tema ceritanya apaan, aLurnya juga secepat Laju kereta api eksekutif hehe
Yang jeLas saya sedang jatuh cinta sama Sehun XD