Kamis, 15 Desember 2011

(Fanfic: Oneshoot) - - My Obsession - -



(Maincast: Cho Kyuhyun and The girL is Rei)    

* * *

* * *
.
.
.
Disetiap deru sengal nafasku, perasaan luar biasa ini semakin tak tertahankan.

Dia berdiri nyata, membuat hatiku membuncah memenuhi rongga dada, oksigen terasa menghimpit paru-paru, menyekat kerongkonganku.

Pikiran warasku nyaris mati seketika, macet total, hasrat untuk memiliki ini terlalu berlebihan, obsesi yang tak terkendali.

Dan tangan inilah yang pada akhirnya akan bekerja, tanpa sadar, tanpa kompromi.

Membuat sebuah pilihan, antara hidup dan mati.

* * *

Aku diam, sementara ribuan remaja sebaya berteriak memenuhi stadion. Alunan lagu berirama bits itu menggebrak gendang telingaku. Mereka melakukan performance dengan sempurna.

Namun, aku tak suka lagu ini. Lagu untuk comebackstage mereka. Terlebih aku tak suka ketika ribuan penonton lainnya turut bernyanyi menyenandungkan lagu begitu semangatnya.

Dengan kaki gemetar, aku mengepalkan tanganku. Menahan diri untuk tidak menyumpal mulut mereka satu per satu. Berada di barisan VVIP seharusnya membuatku merasa sangat beruntung, bahkan kini posisiku tepat dibawah bibir panggung. Mengingat pamanku adalah pimpinan dari event organizer di Osaka, penyelenggara tiap konser yang mendatangkan artis luar negeri. Aku jadi tidak perlu khawatir kehabisan tiket dideretan terbaik.

Kali ini paman benar2 mengabulkan permintaanku. Mendatangkan Super Junior ke Osaka bukanlah suatu hal yang sulit baginya. Perusahaan SMent sendiri mengarahkan pasar sasaran mereka selanjutnya ke Jepang, maka dengan senang hati perusahaan tersebut menerima undangan untuk mengadakan konser di Negeri sakura ini.

Ketika kulihat sang leader mulai mendekati bibir panggung. Aku terkesiap. Mereka sudah menyelesaikan sebanyak 12 lagu. Mata sang leader menjelajah kepala-kepala dibawahnya, senyum mengembang tanpa henti, penuh rasa bangga.

Ia mulai  menekuk kakinya dan duduk dibibir panggung dengan kaki menggelantung. Aku menahan nafas, takut kalau2 tangan ganas ELF menarik kakinya. Jika saja tidak bedesakkan, akulah yang pasti sudah menariknya turun. Namun, aku justru diam tanpa gerak, tanpa senyum, tanpa rona bahagia, ketika semua remaja berebut menjabat tangannya, hanya aku yang tidak.

Hatiku sakit, merasa tak rela.

Aku mengalihkan pandanganku dari sang leader, ketika mataku kembali fokus pada siluet wajah seseorang yang kujadikan pusat pengalihanku. Cho Kyuhyun, sang magnae. Pria tampan yang berhasil membuatku gila, pria yang membuatku sempat terkurung selama 3 bulan dalam panti rehabilitasi gangguan jiwa, pria yang tak punya tanggungjawab, dan justru semakin menebarkan pesona keseluruh penjuru dunia. Aku benar-benar gila karena aku menyukainya.

Tidak. Aku tidak gila, tapi aku hanya sedikit tidak beres. Setan manusia itu memperdayaku, memperalatku dengan pesona palsunya, menjeratku dengan suara emasnya, menikamku dengan senyum mautnya. Jangan salahkan aku karena selamanya aku akan tetap memvonisnya sebagai tersangka utama aku jadi begini, membuatku mengambang ketika dia menarikku ke derasnya arus, hanyut pada cintanya yang terbagi untuk ribuan gadis.

Suara teriakan penonton membahana menyadarkan lamunanku ketika sang leader mengucapkan salam perpisahan dan terimakasih. Alunan lagu Memories perlahan terlantun, suara Kyuhyun mengawali. Kepalaku berdenyut seketika, melodinya mencabik hatiku.

Merasa tidak tahan, aku menerobos kerumunan, hatiku bisa hancur jika terus mendengarkan lagu ini. Kakiku menapaki 3 anak tangga, meminta pada penjaga agar membukakan pintu pagar yang hanya setinggi 1 meter. Aku berjalan lurus melewati tribun pertama. Stadion minim cahaya, hanya panggung saja yang tersorot lampu ribuan watt. Lautan biru mengangkasa di barisan penonton dengan stik yang terlihat seperti melayang maju mundur. Puluhan tribun terisi penuh oleh ribuan ELF. Aku memandang kebawah, kearah tanganku, dengan stik masih menyala terang disana.

Lagu memasuki reff pertama, tepat ketika aku menemukan pintu darurat dibawah panggung, tertutup tirai hitam yang langsung tembus ke backstage. Aku melewati beberapa pekerja panggung disana. Paman selalu menyuruhku untuk selalu keluar lewat pintu ini agar tidak berdesak-desakkan.

Belok kiri, berjalan 5 langkah terdapat pintu geser. Disinilah masing-masing sisi koridor terdapat ruang tunggu tempat para artis bernaung, menunggu giliran mereka manggung, bahkan aku sempat bertemu dengan salah satu personel boyband 'Arashi - Jun Matsumoto'. Dia terlihat tampan dengan kacamata hitamnya, namun tak sedikitpun dapat mengalahkan ketampanan Cho Kyuhyun.

Aku membungkuk menyapanya, yang dibalas dengan bungkukan tak kalah ramah. Biar bagaimanapun kami berasal dari negara yang sama. Ia tengah promosi solo single, dan termasuk salah satu artis pembuka untuk acara konser Suju di Osaka.

Langkahku terhenti ketika nama Super Junior tertempel didaun pintu bernomorkan 13.  Rasa haru menyeruak menyadari posisiku tepat berada didepan kamar ganti mereka. Bersamaan dengan itu, ponselku bergetar hebat di dalam tasku. Dari paman, beliau menyuruhku agar langsung menemuinya ke private room, lantai 2. Tanpa basa-basi kulangkahkan kakiku kesana.

Sesampainya disana, seorang penjaga membukakan pintu dan membungkuk hormat ketika aku memasuki kamar tersebut.

"Oji-san." (Paman)
Panggilku dengan nada riang, paman yang tengah berbincang dengan seseorang kemudian menoleh. Aku mengenal pria itu, tubuhnya tinggi atletis, dengan pakaian khasnya berupa stelan jas dan kemeja putih tanpa dasi, umurnya berkisar 30 tahunan. Ia yang selalu di elu-elukan ELF akhir2 ini. Prince manager, Kim Jung Hoon.

"Konnichiwa, watashi wa Rei desu." (Halo, nama saya Rei)
Ucapku memperkenalkan diri, membungkuk sesuai tradisi. Ia berdiri dan balas membungkuk. Kemudian terjadi lagi obrolan kecil antara paman dan manajer yang tak begitu kupedulikan, meski aku mengerti karena mereka menggunakan bahasa inggris.

"Kau benar-benar tak mau ditemani translator??"
Tanya paman memegang pundakku. Aku menggeleng, memberikan senyum termanisku.

"Tidak perlu paman, Ibu mengundang seorang Sensei untuk memberikanku les dirumah, kurasa aku sudah siap. Aku hanya ingin berbincang dengannya. Sepuluh menit paling lama."
Paman tersenyum, mengamati penampilanku. Dress putih gading tanpa lengan yang mengekspos tubuh kurusku dengan panjang sebatas lutut, tas kecil hitam berenda menghiasi lengan kiriku.

"Kau sangat cantik dengan penampilanmu hari ini."

"Arigato Oji-san."

"Paman sangat mempercayaimu, Rei. Jangan berbuat yang tidak-tidak. Ingat pesan paman."
Pria paruh baya ini kembali mencoba mengingatkanku. Paman tahu betul kondisi psikisku. Jika waktu itu aku tak mengancamnya akan bunuh diri, beliau pasti sudah menolak mentah2 keinginanku satu ini.

"Aku berjanji, Paman. Demi kepercayaan perusahaan, aku akan membuatnya keluar dari ruangan ini tanpa kurang satu apapun."
Ucapku sedikit bercanda, paman tertawa, sang manajer hanya tersenyum, tak mengerti dengan apa yang kami bicarakan dengan logat Osaka yang sangat kental.

“Sepuluh menit?!”

“Sepuluh menit.”
Balasku memberi penekanan. Setelah merasa yakin, paman menepuk pundakku sebelum akhirnya mereka meninggalkanku sendiri di ruangan, begitu pula dengan penjaga didepan pintu.


Pandanganku menyapu ruangan. Stadion ini berisi 4 jenis private room, ruang pertama untuk rapat antar direksi dan artis. Ruang kedua untuk para artis serta kru untuk menikmati sajian makanan lezat. Ruang ketiga untuk jumpa pers juga fanmeeting, dan ruang terakhir adalah yang sedang ku tempati saat ini, sengaja disediakan apabila ada fans yang meminta untuk mendapatkan wawancara ataupun sekedar mengobrol secara pribadi dengan sang idola.



Aku tersenyum. Kembali merasa bahwa akulah gadis paling beruntung didunia. Memiliki paman yang sangat menyayangiku bagai anak kandungnya sendiri. Ayah sudah lama bercerai dengan ibu, sedangkan paman tak memiliki anak perempuan. Tak sulit meminta apapun padanya, aku hanya cukup menjadi anak baik saja, maka semua akan terpenuhi. Kecuali untuk permintaanku yang satu ini. Aku harus mengerahkan seluruh tenagaku agar paman mengabulkannya.


Aku mengamati interior yang didesign sangat artistik di ruangan ini. Jauh dari kesan Jepang, bahkan nyaris terbilang seperti ruang baca bergaya Eropa. Banyak vas dengan bunga-bunga mahal menghiasi tiap sudut ruang dan meja, lampu cantik dengan hiasan 4 kristal menggantung megah dilangit-langit kamar yang berdindingkan jendela dengan tirai lebar, serta permadani indah kedap suara yang dipesan langsung dari Dubai. Benar-benar ruangan sempurna.


Tak lama, pintu terbuka pelan, membuatku seketika menoleh, dan saat itu juga tiba-tiba saja seperti ada bogem mentah menohok tepat dijantungku. Kembali rasa itu datang lagi, membuncah, dengan degup tak terkendali, berharap seseorang yang kuinginkan muncul dibaliknya.
                                                         

Seseorang itu memasuki ruangan. Tubuh itu tinggi kurus tanpa otot yang menonjol, tidak seperti manager dan kawan-kawannya diatas panggung tadi. Dia masih menggunakan kostum panggungnya, kesan simple terlihat jelas pada penampilannya untuk tema konser malam ini, kemeja kuning cerah yang dibalut dengan jas biru laut, jeans krem memenuhi kaki jenjangnya yang beralaskan sepatu semi boot, rambut semi brownnya menjuntai lurus menyamping menutupi kening. Lihatlah ia, luar biasa tampan bukan?!

Aku berdiri dengan nafas tertahan, sementara ia semakin melangkah mendekat, tersenyum sangat ramah kepadaku.

Apakah ini mimpi?? Aku yakin pamanku telah membayar jutaan won hanya untuk sebuah senyum tunggal itu. Ia bahkan lebih mempesona daripada saat aku menatapnya di MV koleksiku, ia bahkan lebih memukau daripada saat ia bernyanyi diatas panggung, ia justru lebih memikat daripada ia harus menampakkan senyum evilnya. Sudah jelas sekarang, aku tertawan kembali.

Ia berhenti tepat dihadapanku, tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi, lalu membungkuk memberi salam.

"Annyeonghaseyo, Cho Kyuhyun imnida."
Sapanya ramah memperkenalkan diri. Aku memejamkan mata, merekamnya dalam ingatanku. Suara itu, terdengar lembut bagai beludru. Mulutku terbuka hendak membalasnya, namun apa daya, kendali otakku tak bisa sejalan dengan keinginanku.

"Op...pa."
Ucapku dengan suara tercekat, bahkan airmataku mengalir begitu saja. Ia tersenyum heran.

Kupikir, dapat bertemu dengannya adalah hal yang mustahil, bertemu dengannya hanyalah sebuah harapan semu. Tetapi mukjizat itu datang. Kini kami tengah menghirup udara yang sama, menginjakkan kaki ditempat yang sama, berdiri satu atap, saling berhadapan.

Sejurus kemudian tanpa aba2, aku langsung menubruk tubuh kurus itu, memeluknya kuat2, sebisaku menahannya tetap dialam nyata, sebisaku aku tidak lagi terjerumus dalam khayalan semata. Aku mengaitkan tanganku dipunggungnya, membelit jemariku di kedua lenganku, menempelkan tubuhnya ketubuhku agar dapat kuingat dengan jelas tiap lekuk tulangnya.

Aku yakin, Kyuhyun terpaku menerima perlakuan yang sangat tiba2 oleh gadis yang tak dikenalnya, yang diketahuinya hanya sebagai fansnya, bahkan gadis didepannya sampai terisak tanpa henti. Ia pasti bingung tak tahu harus berbuat apa, meskipun ia tidak membalas, ia juga tidak berusaha melepaskan pelukanku.

"Op..paa, saranghae."
Isakku di dadanya.

"Aa...ne...nado."
Jawabnya pelan, merasa bahwa ia wajib mengatakan hal yang ingin didengar fansnya.

"BOHONG!!!"
Teriakku tiba2. Kyuhyun terkejut. Aku yakin, tak pernah ada fans yang berani membentaknya langsung seperti ini.

"Kumohon jangan menyiksaku oppa." Isakku tanpa melepaskan pelukan. "Kumohon jangan......mencintai mereka."
Ucapku lagi semakin tersedu. Aku dapat membayangkan wajah Kyuhyun yang kebingungan. Ia pasti tak menyangka fans yang dimaksudkan manajer justru fans fanatiknya, karena ia paling kesulitan menghadapi fans emosional sepertiku.

Kami terdiam, 2 menit yang terbuang sia-sia.

"Rei..."
Panggilnya ragu. Aku sedikit terkejut, mencari-cari kemungkinan bagaimana bisa ia mengetahui namaku. Namun, kuputuskan bahwa mungkin managernyalah yang memberitahunya beberapa saat sebelum bertemu denganku. Aku mendongak menatapnya, masih terlena.

"Panggil aku sekali lagi oppa."
Pintaku sendu. Kyuhyun mencoba tersenyum.

"Aku akan memanggilmu sebanyak kau menginginkannya."
Ucapnya setengah berbisik, membuatku bahagia luar biasa. Aku menyandarkan kepalaku kembali kedadanya, menghirup udara disana. Wangi.

"Aku mencintaimu oppa, sungguh, tak tahukah kau karenamu aku hampir terdaftar sebagai pasien rumah sakit jiwa?? Aku bahkan sudah divonis memiliki kelainan terhadap halusinasi, dan menjalani masa percobaan dipanti rehabilitasi selama 3 bulan, selama hampir 3 tahun aku hanya membayangkan sosokmu berada disampingku oppa, memelukmu erat seperti ini."
Ucapku dramatis, mengadu semua hal yang telah terjadi padaku.

"Begitukah?? Maaf....."

Aku menggeleng kuat-kuat. "Jangan!!! Jangan minta maaf, oppa. Aku hanya ingin bertemu denganmu dan bilang bahwa aku sangat mencintaimu, itu saja. Aku ingin hanya kau yang mendengarnya. Aku ingin hanya aku yang mengatakannya padamu, tanpa gangguan suara bising penggemarmu yang lain, itu saja. Maafkan aku......"
Lagi-lagi aku terisak, entah mengapa, mungkin karena sebentar lagi waktuku untuk memeluknya akan segera berakhir.

Kyuhyun mengangkat wajahku, menunduk mengusap airmataku dengan ibu jarinya, sentuhannya begitu terasa lembut dipipiku. Ini kesempatanku untuk menjelajahi wajahnya, menghafal tiap teksturnya dengan seksama.

Senyum tulus terkembang disana. Mengejutkan, karena senyum itu tidak terlihat seperti senyum kamera, juga bukan senyum yang biasa diberikannya pada ribuan gadis itu, maupun senyum bayaran jutaan won dari pamanku.

Senyum itu, seolah mencoba mengerti keadaanku.

"Kau mau mendengarkanku Rei?!"

"Apapun oppa, katakan padaku."
Desakku tak sabar.

"Tidak banyak, aku hanya ingin mengatakannya sebagai laki2 biasa, bukan sebagai seorang idola. Apa kau masih mau mendengarku??"
Aku mengangguk ragu, masih menatapnya dengan tatapan tak mengerti, tatapanku menghujam kedalam manik matanya, meminta penjelasan.

Kyuhyun melanjutkan, "Hiduplah dengan baik Rei, kau masih muda, masa depanmu masih panjang, cintailah pria yang nyata, jangan terobsesi seperti ini, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri."

Aku mundur selangkah, "Aku tidak bisa oppa. Aku mencintaimu dan kau nyata." Dalihku, dan sejenak Kyuhyun kehilangan kata-katanya.

Kulihat Kyuhyun sedikit berpikir, kembali mencari kalimat yang lebih tepat untuk diutarakan, “Kau harus menemukan sosok pria yang mencintaimu, Rei. Kau boleh mencintaiku, tapi melihat gadis yang mencintaiku hidup dengan menghukum dirinya sendiri demi aku, membuatku semakin mirip dengan seorang penjahat.”
Aku mengalihkan mataku, merenungkan kalimatnya. Ia sungguh pandai berkata-kata. Namun aku tetap pada pendirianku.

Aku menggeleng frustasi, “Aku tidak bisa, Oppa.” Kataku lirih, kembali memeluknya. “Aku tidak bisa.”

"Kau bisa, Rei. Kau harus bisa, berjanjilah."

"........"

"Berjanjilah Rei."

Aku memandangnya nanar, kembali airmataku berlinang, "Lalu apa jaminanku?? Apa yang akan kau berikan padaku jika aku mau berjanji?? Apa yang akan kuterima jika aku mau menurutimu??"

Untuk kesekian kalinya Kyuhyun terdiam. Kalimatku barusan membuatnya kembali merasa kebingungan. Namun sedetik kemudian Kyuhyun menunduk menatapku ragu. Detik berikutnya tatapan itu kemudian berubah menjadi penuh keyakinan. Wajah Kyuhyun mendekat kearahku, dan aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bibir penuh itu mendarat tepat dibibirku.

Ciuman pertamaku yang terasa lembut, tanpa paksaan, tanpa nafsu. Kyuhyun membiarkan bibirnya menekan lama dibibirku. Seakan memberikan kekuatan pada tubuhku. Mataku terpejam seiring butiran airmata yang mengalir ringan melalui sudut mataku.
.
.
.
Sepuluh menit itu terasa singkat, namun sangat nyata bagiku. Aku sudah berjanji padanya agar hidup dengan baik, dan ia memberikanku hadiah yang begitu mengejutkan.

Sepuluh menit itu terasa singkat, saat seseorang mengetuk pintu, menandakan pertemuan kami telah usai. Saat itulah aku yakin, tak akan ada lain kali untuk pertemuan ini.

Sepuluh menit itu terasa singkat, saat senyum perpisahan itu mengembang, lalu tubuhnya berbalik memunggungiku, berjalan menjauh meraih pintu, dan menutupnya dari luar tanpa menoleh kebelakang. Saat itulah kurasakan ada sesuatu yang menjebol dadaku.

Sepuluh menit itu terasa singkat, namun apakah aku bisa hidup sepuluh menit lagi setelah ini??

Saat itu juga dengan mudahnya aku melupakan apa yang dipesankan oleh paman. Memintaku agar menahan diri untuk tidak melakukan hal yang merugikanku, juga membuat sedih Ibu dan pamanku.

Benda dingin berwarna perak itu mengiris pelan kedua nadiku, aku bahkan tak menyadarinya sampai darah membanjiri permadani, dan tak ingat kapan terakhir kali aku mengeluarkannya dari dalam tas. Belati itu jatuh dari tanganku yang gemetaran.

Tubuhku ambruk menimbulkan suara debum ringan, nafasku tersengal, antara menangis dan menahan perih pada 2 tempat. Tangan dan hatiku.

Darah terus mengucur, menyisakan pucat diwajahku yang mulai kehabisan rona. Kepalaku pening. Mataku terasa berat, meredup. Mungkin inilah ajal terbaikku.

Sebagai idola, ia takkan pernah tahu perasaanku, sampai kapanpun. Apapun bentuk senyum yang ia berikan, aku tahu tak ada ketulusan disana. Aku bodoh karena terlalu mencintainya. Ia dengan mudah mengatakan padaku agar aku hidup dengan baik, namun nyatanya aku tak pernah merasa baik saat ia berjalan meninggalkanku.

Tubuhku semakin mati rasa, darahku semakin menipis, mengalir keluar melalui celah luka sayatan yang kubuat. Lalu yang terjadi selanjutnya hanya suara-suara derap kaki yang teredam karpet mulai merangsek mendekatiku. Suara paman berteriak, namun hanya gema yang kudengar.

Saat itulah, semua menjadi gelap.


The End


Lhoh Lhoh, koq gini akhirnya??? Muahahaha saya sadar sesadar2nya bahwa idola takkan pernah bisa bersatu dengan fansnya #Kaburrrrrrrrrrrr......

11 komentar:

  1. keren banget ffnya chingu :O gak bisa bayangin ada fans yang terlalu cinta begitu sama Kyu, sampe masuk ke RSJ segala ckck --a

    BalasHapus
  2. Oopss, kaget rupanya ada yg mampir jg dibLogku :D
    Gomawo ya chingu,,
    SiLahkan baca yg Lainnya jg,,
    Lam kenaL,,

    BalasHapus
  3. kyaaaaaa... aku menahan nafas membacanyah..aku bahkan bisa merasakan apa yg dirasakan rei..aku juga bisa membayangkan dengan baik detail latar nya..gud job, gud job..lanjutin lagi nulisnya ya chingu..annyeong..^^

    BalasHapus
  4. Wooii2, Ngakakkkkkk....

    Mana pLotnyaaa oonnn????

    Katanya mau ngasih???

    BalasHapus
  5. wooooh..malah buka kedok..
    plot apaan? plot bunga??

    BalasHapus
  6. Katanya mau minta di bikinin FF pre-retire,
    Gemana seh?? Mumpung Lg niat nihhh,
    TgL 2 saya ujiaaaaaannnnnn..... T_T

    BalasHapus
  7. @ellieza: haha, ne cheonmaneyo~ arra~ salam kenal juga chingu =D

    BalasHapus
  8. Kkkk~ serem. Aku masih waras kan? hehee.. Suka banget dgn ffnya pesan moralnya nya dapat thor. Dua jempol buat author ^ ^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku yakin km masih waras Dara, jangan ditiru ya si Rei itu, dia terlalu dimanjain jadinya kyk gt hihi
      Gomawoo~ :*

      Hapus
  9. hahahaha.....
    bener juga idola nggak akan pernah bersatu dgn fansnya ✌✌✌

    BalasHapus