(Maincast: Cho Kyuhyun and The girL is Rei)
* * *
* * *
.
.
.
Disetiap deru sengal nafasku, perasaan luar
biasa ini semakin tak tertahankan.
Dia berdiri nyata, membuat hatiku membuncah
memenuhi rongga dada, oksigen terasa menghimpit paru-paru, menyekat
kerongkonganku.
Pikiran warasku nyaris mati seketika, macet
total, hasrat untuk memiliki ini terlalu berlebihan, obsesi yang tak
terkendali.
Dan tangan inilah yang pada akhirnya akan
bekerja, tanpa sadar, tanpa kompromi.
Membuat sebuah pilihan, antara hidup dan
mati.
* * *
Aku diam, sementara ribuan remaja sebaya
berteriak memenuhi stadion. Alunan lagu berirama bits itu menggebrak gendang telingaku. Mereka melakukan performance
dengan sempurna.
Namun, aku tak suka lagu ini. Lagu untuk
comebackstage mereka. Terlebih aku tak suka ketika ribuan penonton lainnya
turut bernyanyi menyenandungkan lagu begitu semangatnya.
Dengan kaki gemetar, aku mengepalkan
tanganku. Menahan diri untuk tidak menyumpal mulut mereka satu per satu. Berada
di barisan VVIP seharusnya membuatku merasa sangat beruntung, bahkan kini
posisiku tepat dibawah bibir panggung. Mengingat pamanku adalah pimpinan dari
event organizer di Osaka, penyelenggara tiap konser yang mendatangkan artis
luar negeri. Aku jadi tidak perlu khawatir kehabisan tiket dideretan terbaik.
Kali ini paman benar2 mengabulkan
permintaanku. Mendatangkan Super Junior ke Osaka bukanlah suatu hal yang sulit
baginya. Perusahaan SMent sendiri mengarahkan pasar sasaran mereka selanjutnya
ke Jepang, maka dengan senang hati perusahaan tersebut menerima undangan untuk
mengadakan konser di Negeri sakura ini.
Ketika kulihat sang leader mulai mendekati
bibir panggung. Aku terkesiap. Mereka sudah menyelesaikan sebanyak 12 lagu. Mata
sang leader menjelajah kepala-kepala dibawahnya, senyum mengembang tanpa henti,
penuh rasa bangga.
Ia mulai
menekuk kakinya dan duduk dibibir panggung dengan kaki menggelantung.
Aku menahan nafas, takut kalau2 tangan ganas ELF menarik kakinya. Jika saja
tidak bedesakkan, akulah yang pasti sudah menariknya turun. Namun, aku justru
diam tanpa gerak, tanpa senyum, tanpa rona bahagia, ketika semua remaja berebut
menjabat tangannya, hanya aku yang tidak.
Hatiku sakit, merasa tak rela.
Aku mengalihkan pandanganku dari sang leader,
ketika mataku kembali fokus pada siluet wajah seseorang yang kujadikan pusat
pengalihanku. Cho Kyuhyun, sang magnae. Pria tampan yang berhasil membuatku
gila, pria yang membuatku sempat terkurung selama 3 bulan dalam panti
rehabilitasi gangguan jiwa, pria yang tak punya tanggungjawab, dan justru
semakin menebarkan pesona keseluruh penjuru dunia. Aku benar-benar gila karena
aku menyukainya.
Tidak. Aku tidak gila, tapi aku hanya sedikit
tidak beres. Setan manusia itu memperdayaku, memperalatku dengan pesona
palsunya, menjeratku dengan suara emasnya, menikamku dengan senyum mautnya.
Jangan salahkan aku karena selamanya aku akan tetap memvonisnya sebagai
tersangka utama aku jadi begini, membuatku mengambang ketika dia menarikku ke
derasnya arus, hanyut pada cintanya yang terbagi untuk ribuan gadis.
Suara teriakan penonton membahana menyadarkan
lamunanku ketika sang leader mengucapkan salam perpisahan dan terimakasih.
Alunan lagu Memories perlahan terlantun, suara Kyuhyun mengawali. Kepalaku
berdenyut seketika, melodinya mencabik hatiku.
Merasa tidak tahan, aku menerobos kerumunan,
hatiku bisa hancur jika terus mendengarkan lagu ini. Kakiku menapaki 3 anak
tangga, meminta pada penjaga agar membukakan pintu pagar yang hanya setinggi 1
meter. Aku berjalan lurus melewati tribun pertama. Stadion minim cahaya, hanya
panggung saja yang tersorot lampu ribuan watt. Lautan biru mengangkasa di
barisan penonton dengan stik yang terlihat seperti melayang maju mundur. Puluhan
tribun terisi penuh oleh ribuan ELF. Aku memandang kebawah, kearah tanganku,
dengan stik masih menyala terang disana.
Lagu memasuki reff pertama, tepat ketika aku
menemukan pintu darurat dibawah panggung, tertutup tirai hitam yang langsung
tembus ke backstage. Aku melewati beberapa pekerja panggung disana. Paman
selalu menyuruhku untuk selalu keluar lewat pintu ini agar tidak berdesak-desakkan.
Belok kiri, berjalan 5 langkah terdapat pintu
geser. Disinilah masing-masing sisi koridor terdapat ruang tunggu tempat para
artis bernaung, menunggu giliran mereka manggung, bahkan aku sempat bertemu
dengan salah satu personel boyband 'Arashi - Jun Matsumoto'. Dia terlihat
tampan dengan kacamata hitamnya, namun tak sedikitpun dapat mengalahkan
ketampanan Cho Kyuhyun.
Aku membungkuk menyapanya, yang dibalas dengan
bungkukan tak kalah ramah. Biar bagaimanapun kami berasal dari negara yang
sama. Ia tengah promosi solo single, dan termasuk salah satu artis pembuka
untuk acara konser Suju di Osaka.
Langkahku terhenti ketika nama Super Junior
tertempel didaun pintu bernomorkan 13. Rasa
haru menyeruak menyadari posisiku tepat berada didepan kamar ganti
mereka. Bersamaan dengan itu, ponselku bergetar hebat di dalam tasku. Dari
paman, beliau menyuruhku agar langsung menemuinya ke private room, lantai 2.
Tanpa basa-basi kulangkahkan kakiku kesana.
Sesampainya disana, seorang penjaga membukakan
pintu dan membungkuk hormat ketika aku memasuki kamar tersebut.
"Oji-san." (Paman)
Panggilku dengan nada riang, paman yang tengah
berbincang dengan seseorang kemudian menoleh. Aku mengenal pria itu, tubuhnya
tinggi atletis, dengan pakaian khasnya berupa stelan jas dan kemeja putih tanpa
dasi, umurnya berkisar 30 tahunan. Ia yang selalu di elu-elukan ELF akhir2 ini.
Prince manager, Kim Jung Hoon.
"Konnichiwa, watashi wa Rei desu." (Halo, nama saya Rei)
Ucapku memperkenalkan diri, membungkuk sesuai
tradisi. Ia berdiri dan balas membungkuk. Kemudian terjadi lagi obrolan kecil
antara paman dan manajer yang tak begitu kupedulikan, meski aku mengerti karena
mereka menggunakan bahasa inggris.
"Kau benar-benar tak mau ditemani
translator??"
Tanya paman memegang pundakku. Aku
menggeleng, memberikan senyum termanisku.
"Tidak perlu paman, Ibu mengundang
seorang Sensei untuk memberikanku les dirumah, kurasa
aku sudah siap. Aku hanya ingin berbincang dengannya. Sepuluh menit paling
lama."
Paman tersenyum, mengamati penampilanku.
Dress putih gading tanpa lengan yang mengekspos tubuh kurusku dengan panjang
sebatas lutut, tas kecil hitam berenda menghiasi lengan kiriku.
"Kau sangat cantik dengan penampilanmu
hari ini."
"Arigato Oji-san."
"Paman sangat mempercayaimu, Rei. Jangan
berbuat yang tidak-tidak. Ingat pesan paman."
Pria paruh baya ini
kembali mencoba mengingatkanku. Paman tahu betul kondisi psikisku. Jika waktu
itu aku tak mengancamnya akan bunuh diri, beliau pasti sudah menolak mentah2
keinginanku satu ini.
"Aku berjanji,
Paman. Demi kepercayaan perusahaan, aku akan membuatnya keluar dari ruangan ini
tanpa kurang satu apapun."
Ucapku sedikit
bercanda, paman tertawa, sang manajer hanya tersenyum, tak mengerti dengan apa
yang kami bicarakan dengan logat Osaka yang sangat kental.
“Sepuluh menit?!”
“Sepuluh menit.”
Balasku memberi
penekanan. Setelah merasa yakin, paman menepuk pundakku sebelum akhirnya mereka
meninggalkanku sendiri di ruangan, begitu pula dengan penjaga didepan pintu.
Pandanganku menyapu
ruangan. Stadion ini berisi 4 jenis private room, ruang pertama untuk rapat
antar direksi dan artis. Ruang kedua untuk para artis serta kru untuk menikmati
sajian makanan lezat. Ruang ketiga untuk jumpa pers juga fanmeeting, dan ruang
terakhir adalah yang sedang ku tempati saat ini, sengaja disediakan apabila ada
fans yang meminta untuk mendapatkan wawancara ataupun sekedar mengobrol secara
pribadi dengan sang idola.
Aku tersenyum.
Kembali merasa bahwa akulah gadis paling beruntung didunia. Memiliki paman yang
sangat menyayangiku bagai anak kandungnya sendiri. Ayah sudah lama bercerai
dengan ibu, sedangkan paman tak memiliki anak perempuan. Tak sulit meminta
apapun padanya, aku hanya cukup menjadi anak baik saja, maka semua akan
terpenuhi. Kecuali untuk permintaanku yang satu ini. Aku harus mengerahkan
seluruh tenagaku agar paman mengabulkannya.
Aku mengamati
interior yang didesign sangat artistik di ruangan ini. Jauh dari kesan Jepang,
bahkan nyaris terbilang seperti ruang baca bergaya Eropa. Banyak vas dengan
bunga-bunga mahal menghiasi tiap sudut ruang dan meja, lampu cantik dengan
hiasan 4 kristal menggantung megah dilangit-langit kamar yang berdindingkan
jendela dengan tirai lebar, serta permadani indah kedap suara yang dipesan
langsung dari Dubai. Benar-benar ruangan sempurna.
Tak lama, pintu
terbuka pelan, membuatku seketika menoleh, dan saat itu juga tiba-tiba saja
seperti ada bogem mentah menohok tepat dijantungku. Kembali rasa itu datang
lagi, membuncah, dengan degup tak terkendali, berharap seseorang yang
kuinginkan muncul dibaliknya.
Seseorang itu
memasuki ruangan. Tubuh itu tinggi kurus tanpa otot yang menonjol, tidak
seperti manager dan kawan-kawannya diatas panggung tadi. Dia masih menggunakan
kostum panggungnya, kesan simple
terlihat jelas pada penampilannya untuk tema konser malam ini, kemeja kuning
cerah yang dibalut dengan jas biru laut, jeans krem memenuhi kaki jenjangnya
yang beralaskan sepatu semi boot, rambut semi brownnya menjuntai lurus
menyamping menutupi kening. Lihatlah ia, luar biasa tampan bukan?!
Apakah ini mimpi??
Aku yakin pamanku telah membayar jutaan won hanya untuk sebuah senyum tunggal
itu. Ia bahkan lebih mempesona daripada saat aku menatapnya di MV koleksiku, ia
bahkan lebih memukau daripada saat ia bernyanyi diatas panggung, ia justru
lebih memikat daripada ia harus menampakkan senyum evilnya. Sudah jelas
sekarang, aku tertawan kembali.
Ia berhenti tepat
dihadapanku, tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi, lalu membungkuk
memberi salam.
"Annyeonghaseyo,
Cho Kyuhyun imnida."
Sapanya ramah
memperkenalkan diri. Aku memejamkan mata, merekamnya dalam ingatanku. Suara
itu, terdengar lembut bagai beludru. Mulutku terbuka hendak membalasnya, namun
apa daya, kendali otakku tak bisa sejalan dengan keinginanku.
"Op...pa."
Ucapku dengan suara
tercekat, bahkan airmataku mengalir begitu saja. Ia tersenyum heran.
Kupikir, dapat
bertemu dengannya adalah hal yang mustahil, bertemu dengannya hanyalah sebuah
harapan semu. Tetapi mukjizat itu datang. Kini kami tengah menghirup udara yang
sama, menginjakkan kaki ditempat yang sama, berdiri satu atap, saling
berhadapan.
Sejurus kemudian
tanpa aba2, aku langsung menubruk tubuh kurus itu, memeluknya kuat2, sebisaku
menahannya tetap dialam nyata, sebisaku aku tidak lagi terjerumus dalam
khayalan semata. Aku mengaitkan tanganku dipunggungnya, membelit jemariku di
kedua lenganku, menempelkan tubuhnya ketubuhku agar dapat kuingat dengan jelas
tiap lekuk tulangnya.
Aku yakin, Kyuhyun
terpaku menerima perlakuan yang sangat tiba2 oleh gadis yang tak dikenalnya,
yang diketahuinya hanya sebagai fansnya, bahkan gadis didepannya sampai terisak
tanpa henti. Ia pasti bingung tak tahu harus berbuat apa, meskipun ia tidak
membalas, ia juga tidak berusaha melepaskan pelukanku.
"Op..paa,
saranghae."
Isakku di dadanya.
"Aa...ne...nado."
Jawabnya pelan,
merasa bahwa ia wajib mengatakan hal yang ingin didengar fansnya.
"BOHONG!!!"
Teriakku tiba2.
Kyuhyun terkejut. Aku yakin, tak pernah ada fans yang berani membentaknya
langsung seperti ini.
"Kumohon
jangan menyiksaku oppa." Isakku tanpa melepaskan pelukan. "Kumohon
jangan......mencintai mereka."
Ucapku lagi semakin
tersedu. Aku dapat membayangkan wajah Kyuhyun yang kebingungan. Ia pasti tak
menyangka fans yang dimaksudkan manajer justru fans fanatiknya, karena ia
paling kesulitan menghadapi fans emosional sepertiku.
Kami terdiam, 2
menit yang terbuang sia-sia.
"Rei..."
Panggilnya ragu.
Aku sedikit terkejut, mencari-cari kemungkinan bagaimana bisa ia mengetahui
namaku. Namun, kuputuskan bahwa mungkin managernyalah yang memberitahunya beberapa
saat sebelum bertemu denganku. Aku mendongak menatapnya, masih terlena.
"Panggil aku
sekali lagi oppa."
Pintaku sendu.
Kyuhyun mencoba tersenyum.
"Aku akan
memanggilmu sebanyak kau menginginkannya."
Ucapnya setengah
berbisik, membuatku bahagia luar biasa. Aku menyandarkan kepalaku kembali
kedadanya, menghirup udara disana. Wangi.
"Aku
mencintaimu oppa, sungguh, tak tahukah kau karenamu aku hampir terdaftar
sebagai pasien rumah sakit jiwa?? Aku bahkan sudah divonis memiliki kelainan
terhadap halusinasi, dan menjalani masa percobaan dipanti rehabilitasi selama 3
bulan, selama hampir 3 tahun aku hanya membayangkan sosokmu berada disampingku
oppa, memelukmu erat seperti ini."
Ucapku dramatis,
mengadu semua hal yang telah terjadi padaku.
"Begitukah??
Maaf....."
Aku menggeleng
kuat-kuat. "Jangan!!! Jangan minta maaf, oppa. Aku hanya ingin bertemu
denganmu dan bilang bahwa aku sangat mencintaimu, itu saja. Aku ingin hanya kau
yang mendengarnya. Aku ingin hanya aku yang mengatakannya padamu, tanpa
gangguan suara bising penggemarmu yang lain, itu saja. Maafkan aku......"
Lagi-lagi aku
terisak, entah mengapa, mungkin karena sebentar lagi waktuku untuk memeluknya
akan segera berakhir.
Kyuhyun mengangkat
wajahku, menunduk mengusap airmataku dengan ibu jarinya, sentuhannya begitu
terasa lembut dipipiku. Ini kesempatanku untuk menjelajahi wajahnya, menghafal tiap
teksturnya dengan seksama.
Senyum tulus
terkembang disana. Mengejutkan, karena senyum itu tidak terlihat seperti senyum
kamera, juga bukan senyum yang biasa diberikannya pada ribuan gadis itu, maupun
senyum bayaran jutaan won dari pamanku.
Senyum itu, seolah
mencoba mengerti keadaanku.
"Kau mau
mendengarkanku Rei?!"
"Apapun oppa,
katakan padaku."
Desakku tak sabar.
"Tidak banyak,
aku hanya ingin mengatakannya sebagai laki2 biasa, bukan sebagai seorang idola.
Apa kau masih mau mendengarku??"
Aku mengangguk ragu,
masih menatapnya dengan tatapan tak mengerti, tatapanku menghujam kedalam manik
matanya, meminta penjelasan.
Kyuhyun
melanjutkan, "Hiduplah dengan baik Rei, kau masih muda, masa depanmu masih
panjang, cintailah pria yang nyata, jangan terobsesi seperti ini, kau hanya
akan menyakiti dirimu sendiri."
Aku mundur
selangkah, "Aku tidak bisa oppa. Aku mencintaimu dan kau nyata." Dalihku,
dan sejenak Kyuhyun kehilangan kata-katanya.
Kulihat Kyuhyun
sedikit berpikir, kembali mencari kalimat yang lebih tepat untuk diutarakan,
“Kau harus menemukan sosok pria yang mencintaimu, Rei. Kau boleh mencintaiku,
tapi melihat gadis yang mencintaiku hidup dengan menghukum dirinya sendiri demi
aku, membuatku semakin mirip dengan seorang penjahat.”
Aku mengalihkan
mataku, merenungkan kalimatnya. Ia sungguh pandai berkata-kata. Namun aku tetap
pada pendirianku.
Aku menggeleng
frustasi, “Aku tidak bisa, Oppa.” Kataku lirih, kembali memeluknya. “Aku tidak
bisa.”
"Kau bisa, Rei.
Kau harus bisa, berjanjilah."
"........"
"Berjanjilah
Rei."
Aku memandangnya
nanar, kembali airmataku berlinang, "Lalu apa jaminanku?? Apa yang akan
kau berikan padaku jika aku mau berjanji?? Apa yang akan kuterima jika aku mau
menurutimu??"
Untuk kesekian
kalinya Kyuhyun terdiam. Kalimatku barusan membuatnya kembali merasa
kebingungan. Namun sedetik kemudian Kyuhyun menunduk menatapku ragu. Detik
berikutnya tatapan itu kemudian berubah menjadi penuh keyakinan. Wajah Kyuhyun
mendekat kearahku, dan aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bibir penuh itu
mendarat tepat dibibirku.
Ciuman pertamaku
yang terasa lembut, tanpa paksaan, tanpa nafsu. Kyuhyun membiarkan bibirnya
menekan lama dibibirku. Seakan memberikan kekuatan pada tubuhku. Mataku
terpejam seiring butiran airmata yang mengalir ringan melalui sudut mataku.
.
.
.
Sepuluh menit itu
terasa singkat, namun sangat nyata bagiku. Aku sudah berjanji padanya agar
hidup dengan baik, dan ia memberikanku hadiah yang begitu mengejutkan.
Sepuluh menit itu
terasa singkat, saat seseorang mengetuk pintu, menandakan pertemuan kami telah
usai. Saat itulah aku yakin, tak akan ada lain kali untuk pertemuan ini.
Sepuluh menit itu
terasa singkat, saat senyum perpisahan itu mengembang, lalu tubuhnya berbalik
memunggungiku, berjalan menjauh meraih pintu, dan menutupnya dari luar tanpa
menoleh kebelakang. Saat itulah kurasakan ada sesuatu yang menjebol dadaku.
Sepuluh menit itu
terasa singkat, namun apakah aku bisa hidup sepuluh menit lagi setelah ini??
Saat itu juga
dengan mudahnya aku melupakan apa yang dipesankan oleh paman. Memintaku agar
menahan diri untuk tidak melakukan hal yang merugikanku, juga membuat sedih Ibu
dan pamanku.
Benda dingin
berwarna perak itu mengiris pelan kedua nadiku, aku bahkan tak menyadarinya
sampai darah membanjiri permadani, dan tak ingat kapan terakhir kali aku
mengeluarkannya dari dalam tas. Belati itu jatuh dari tanganku yang gemetaran.
Tubuhku ambruk
menimbulkan suara debum ringan, nafasku tersengal, antara menangis dan menahan
perih pada 2 tempat. Tangan dan hatiku.
Darah terus mengucur,
menyisakan pucat diwajahku yang mulai kehabisan rona. Kepalaku pening. Mataku
terasa berat, meredup. Mungkin inilah ajal terbaikku.
Sebagai idola, ia
takkan pernah tahu perasaanku, sampai kapanpun. Apapun bentuk senyum yang ia
berikan, aku tahu tak ada ketulusan disana. Aku bodoh karena terlalu
mencintainya. Ia dengan mudah mengatakan padaku agar aku hidup dengan baik,
namun nyatanya aku tak pernah merasa baik saat ia berjalan meninggalkanku.
Tubuhku semakin
mati rasa, darahku semakin menipis, mengalir keluar melalui celah luka sayatan
yang kubuat. Lalu yang terjadi selanjutnya hanya suara-suara derap kaki yang
teredam karpet mulai merangsek mendekatiku. Suara paman berteriak, namun hanya
gema yang kudengar.
Saat itulah, semua
menjadi gelap.
The End
Lhoh Lhoh, koq gini akhirnya??? Muahahaha saya sadar sesadar2nya bahwa idola takkan pernah bisa bersatu dengan fansnya #Kaburrrrrrrrrrrr......
keren banget ffnya chingu :O gak bisa bayangin ada fans yang terlalu cinta begitu sama Kyu, sampe masuk ke RSJ segala ckck --a
BalasHapusOopss, kaget rupanya ada yg mampir jg dibLogku :D
BalasHapusGomawo ya chingu,,
SiLahkan baca yg Lainnya jg,,
Lam kenaL,,
kyaaaaaa... aku menahan nafas membacanyah..aku bahkan bisa merasakan apa yg dirasakan rei..aku juga bisa membayangkan dengan baik detail latar nya..gud job, gud job..lanjutin lagi nulisnya ya chingu..annyeong..^^
BalasHapusWooii2, Ngakakkkkkk....
BalasHapusMana pLotnyaaa oonnn????
Katanya mau ngasih???
wooooh..malah buka kedok..
BalasHapusplot apaan? plot bunga??
Katanya mau minta di bikinin FF pre-retire,
BalasHapusGemana seh?? Mumpung Lg niat nihhh,
TgL 2 saya ujiaaaaaannnnnn..... T_T
@ellieza: haha, ne cheonmaneyo~ arra~ salam kenal juga chingu =D
BalasHapusKkkk~ serem. Aku masih waras kan? hehee.. Suka banget dgn ffnya pesan moralnya nya dapat thor. Dua jempol buat author ^ ^
BalasHapusIya aku yakin km masih waras Dara, jangan ditiru ya si Rei itu, dia terlalu dimanjain jadinya kyk gt hihi
HapusGomawoo~ :*
hahahaha.....
BalasHapusbener juga idola nggak akan pernah bersatu dgn fansnya ✌✌✌
Halo Devi, thanks for reading ya.. :))
Hapus